Salah satu kebijakan yang disorot Evi adalah terkait kebijakan larang mudik yang kontradiktif dengan pengecualian pergerakan masyarakat ke daerah lain.
"Ada larangan mudik, terus tiba-tiba bandara dibuka. Itu otomatis bertolak belakang. Ngapain bikin peraturan begitu, kalau akhirnya nggak bisa dijalankan dengan maksimal?" ujarnya.
Ia juga menyayangkan masih terlihatnya kerumuman di daerahnya.
"Kalau ada insentif bagi tenaga kesehatan yang dibicarakan di TV, kami sama sekali belum menerima dan nggak menuntut itu. Yang penting kami [memberi] pelayanan seperti biasa," kata Evi
"Tapi kami minta tolong masyarakat harus benar-benar sadar diri bagaimana harus menyikapi hal ini. Kalau nggak terpaksa keluar rumah, jangan keluar rumah."
Jumardi, perawat di sebuah fasilitas kesehatan di Samarinda, Kalimantan Timur, ikut mengunggah foto dirinya dengan APD dengan tagar #Indonesiaterserah di media sosialnya.
Jumardi, yang tak bersedia fotoya ditautkan ke laman BBC, mengatakan ia kecewa saat membaca berita bahwa pemerintah mengizinkan sekelompok orang kembali bekerja seperti biasa.
"Pemerintah ingin menghambat atau memutus pandemi Covid-19, tapi justru malah membuat kebijakan yang membebaskan orang umur 45 tahun ke bawah beraktivitas seperti biasanya," ujarnya.
Jumardi mengatakan khawatir hal itu akan meningkatkan jumlah kasus positif Covid-19.
Baca Juga: Lab Pemeriksa Covid-19 Kemenkes Batal Libur Lebaran Setelah Viral Mau Tutup
"Khawatirnya ketika penderita makin banyak, [kami] takut fasilitas kesehatan tidak cukup untuk menampung pasien Covid-19 dan tenaga kesehatan kewalahan dalam penanganannya."
"Kami pakai APD tapi tetap was-was," katanya.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dokter Brian Sriprahastuti mengatakan pemerintah memahami beban dan tanggung jawab para tenaga kesehatan.
Pemerintah, katanya, juga terus berupaya melindungi para staf medis.
"... [Pemerintah] masih berusaha keras mengatasi kendala yang ada, termasuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penanganan klinis kasus Covid-19 supaya case fatality rate (angka kematian) turun, serta [meningkatkan] perlindungan terhadap tenaga kesehatan," ujar Brian.
'Kesal, tapi tak akan mundur'Pakar kesehatan masyarakat Universitas Jenderal Soedirman, Joko Mulyanto, mengatakan ungkapan para petugas medis di sosial media itu mencerminkan kekesalah karena sejumlah kebijakan pemerintah belakangan ini.