Ditambah lagi, kebanyakan anak perempuan tak nyaman untuk meminta tolong kepada para pria di dalam keluarga untuk membelikan mereka pembalut karena menstruasi merupakan hal tabu yang tak dibicarakan di dalam keluarga India.
Sebagai hasilnya, kata Mahajan, banyak perempuan remaja yang tadinya tergantung pada pasokan dari sekolah, mulai mengganti dengan kain.
Terlepas dari apa yang dipakai, Arundati Muralidharan dari WaterAid mengatakan penting untuk memastikan kebersihan. Kain yang dipakai berulang harus berbahan katun, dan dicuci dengan bersih lalu dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dipakai lagi.
Kedengarannya sederhana, tapi tak mudah untuk dijalankan.
Di daerah kumuh ketika para pria di dalam rumah karena karantina, para perempuan akan kesulitan menggunakan fasilitas toilet sesering yang mereka inginkan. Di pedesaan, mendapatkan air tambahan untuk mencuci pembalut kait dan menjemurnya juga tidak mudah.