Suara.com - Pandemi covid-19 menjadi salah satu bencana yang paling besar sejak bulan-bulan awal tahun 2020. Ratusan ribu nyawa sudah menghilang yang disebabkan oleh virus corona.
Bukan hanya berdampak pada kesehatan, virus corona juga ikut mengguncang dunia.
Banyak negara melakukan pembatasan wilayah atau lockdown untuk menekan penyebaran virus, namun kebijakan tersebut membuat orang tidak bisa bekerja.
Akibatnya, beberapa orang mengalami pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tempat ia mencari nafkah hancur. Sebagian lain memiliki pekerjaan dengan gaji yang tidak dibayarkan secara utuh.
Teka-teki mengenai sampai kapan wabah ini akan berakhir juga masih menjadi misteri.
Bahkan mulai muncul slogan 'New Normal' untuk segala lini kehidupan, termasuk ekonomi sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Simon Mair, Peneliti di bidang Ekonomi Ekologis, Pusat Pemahaman Kemakmuran Berkelanjutan, University of Surrey meneliti empat kemungkinan yang terjadi pada dunia setelah pandemi virus corona.
"Dari perspektif ekonomi, ada empat kemungkinan di masa depan: turun ke barbarisme, kapitalisme negara yang kuat, sosialisme negara radikal, dan transformasi menjadi masyarakat besar yang dibangun di atas bantuan bersama."
Hal tersebut tertuang dalam tulisnya dalam artikel berjudul 'What will the world be like after coronavirus? Four possible futures' yang diterbitkan di The Conversation 30 Maret 2020.
Baca Juga: Suasana Lebaran, Yuk Intip 5 Masjid Terindah di Dunia
![Seorang gelandangan tengah mengemis di 5th Avenue, New York, Amerika Serikat, 4 Januari 2016. [Timothy A Clary/AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/11/26/20850-gelandangan-amerika-serikat.jpg)
1. State Capitalism
State capitalism merupakan bentuk yang sudah banyak negara terapkan saat ini, tujuannya adalah untuk mengejar nilai tukar sebagai penopang ekonomi. Sebagai contohnya Inggris, Spanyol dan Denmark.
Negara akan memberikan stimulus Keynesian besar-besaran dengan memberikan kredit dan melakukan pembayaran langsung ke pebisnis. Sehingga kegiatan ekonomi akan tetap berjalan.
Mungkinkah ini skenario yang berhasil? "Mungkin, tetapi hanya jika Covid-19 terbukti dapat dikontrol dalam waktu singkat. Karena lockdown terus menerus harus dihindari untuk mempertahankan fungsi pasar, penularan infeksi masih mungkin berlanjut." tulisnya.
![Seorang gelandangan tengah mengemis di 5th Avenue, New York, Amerika Serikat, 4 Januari 2016. [Timothy A Clary/AFP]](https://media.suara.com/pictures/original/2017/11/26/71929-gelandangan-amerika-serikat.jpg)
2. Barbarisme
"Ini adalah skenario paling suram. Barbarisme terjadi di masa depan jika kita terus mengandalkan nilai tukar sebagai prinsip panduan kita, namun menolak untuk memberikan dukungan kepada mereka yang dikurung di pasar karena penyakit atau pengangguran. Ini menggambarkan situasi yang belum kita lihat." tulisnya.