Menurutnya, kematian George Floyd di Amerika Serikat mengingatkan bahwa rasisme itu masih sangat kental di kehidupan masyarakat maupun di sekeliling dan kehidupan kita sehari-hari, entah disadari atau tidak.
“Dan kematian Floyd mengingatkan kita sebagai bangsa Indonesia bahwa kita masih melakukan rasisme sedari dulu kala terhadap saudara kita di Papua dengan penindasan yang melanggar hak asasi manusia baik, dari pemerintah maupun kepolisian/tentara.“
Amira Rahima Wasitova, mahasiswi jurusan ilmu pertanian Universitas Bonn berbagi pendapat, insiden yang menimpa George Flyod bisa diketahui banyak orang karena tertangkap kamera dan jadi viral. Sehingga masyarakat luas jadi marah dan tidak terima kalau orang kulit hitam masih mendapat diskriminasi ras yang parah.
Padahal bukan rahasia lagi, insiden serupa sering terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
“Masih banyak diskriminasi antar ras, seperti contohnya yang sering dihadapi oleh teman-teman dari Papua,“ papar Amira.
Mahasiswi yang bermukim di Kota Bonn, Jerman ini juga berharap agar masyarakat Indonesia mengintrospeksi diri dan menghargai sesama.
“Yang paling penting agar lebih sadar terhadap isu kekerasan terhadap ras tertentu di Indonesia demi persatuan,“ katanya.
“Mulai dari sekadar lontaran ejekan yang menyinggung warna kulit, serangan fisik dari masyarakat sekitar, hingga perlakuan aparat yang kurang berdasar,“ tambah Amira yang juga mengambil contoh serangan di asrama Papua tahun lalu.
Sementara itu, Bimo Ario Tedjo, mahasiswa jurusan bisnis administrasi, Universitas Köln, berharap banyaknya aksi solidaritas terhadap komunitas kulit hitam akan membangun kesadaran baru.
Baca Juga: Mahasiswa UI Ajukan Diri Sebagai Amicus Curiae untuk Tujuh Tapol Papua
Seperti rekan-rekan mahasiswa yang lain, ia pun mengingatkan pentingnya juga membangun kesadaran melawan rasisme di tanah air.