Bencana Mengintai, Asia Selatan Kewalahan Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19

Deutsche Welle Suara.Com
Senin, 22 Juni 2020 | 05:27 WIB
Bencana Mengintai, Asia Selatan Kewalahan Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19
[DW Indonesia].

Suara.com - Buyar sudah optimisme awal bahwa Asia Selatan lolos dari situasi terburuk pandemi Corona. Tingkat infeksi ternyata melonjak drastis dan membuat kawasan itu kewalahan menangani wabah COVID-19.

Setelah beberapa bulan membuntuti angka kasus Corona di Amerika Serikat dan Eropa barat, kasus COVID-19 akhirnya melonjak di seluruh Asia Selatan - rumah bagi hampir seperempat populasi dunia - di mana virus tersebut mendatangkan malapetaka di tengah sistem medis yang rapuh dan lembaga kesehatan yang kekurangan dana.

Rumah-rumah sakit mulai dari Kabul ke Dhaka kewalahan menangani pasien yang diduga terjangkit virus COVID-19. Jenazah membludak di kamar-kamar mayat, kuburan dan krematorium. Keluarga-keluarga yang putus asa mencari bantuan untuk orang yang dicintai yang sakit kritis.

"Situasi ini adalah bencana," ujar Abdur Rob, seorang dokter senior di Rumah Sakit Umum Chittagong Bangladesh kepada AFP.

"Pasien sekarat di ambulans di jalanan ketika mereka dipindah-pindah di antara rumah-rumah sakit untuk mencari tempat tidur (perawatan intensif) atau masuk ke rumah sakit."

Archie Clements, wakil rektor fakultas ilmu kesehatan di Universitas Curtin di Australia Barat, mengatakan situasi ini kemungkinan akan memburuk. Kurva pertumbuhan "masih dalam fase eksponensial", kata Clements.

"Kita bisa menuju jumlah kematian yang lebih besar di minggu-minggu mendatang."

Di seluruh dunia, lebih dari delapan juta orang telah terinfeksi COVID-19 dan lebih dari 446.000 orang telah meninggal dunia, dengan wabah virus COVID-19 yang meluas di Asia Selatan dan Amerika Latin.

Pilihan berat untuk lockdown

Baca Juga: Soal Mobil Listrik, Hyundai dan LG Sepakat Perluas Kemitraan

Skenario buruk ini terjadi saat pemerintah yang sejatinya telah kekurangan uang harus dihadapkan pada pilihan antara menegakkan aturan ‘lockdown' atau menyaksikan keluarga berpenghasilan rendah terperosok lebih dalam ke dalam jurang kemiskinan, di mana sering kali mereka hidup tanpa jaring pengaman.

India adalah negara terparah keempat di dunia dengan lebih dari 354.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi - meskipun pengujian tes COVID-19 masih terbatas yang berarti jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

Jumlah korban jiwa melonjak lebih dari 2.000 menjadi 11.900 orang pada hari Rabu (17/06), setelah Mumbai dan New Delhi memperbarui data mereka.

Pemerintah India menuai pujian pada akhir Maret lalu karena memaksakan aturan ‘lockdown‘ paling ketat di dunia. Tetapi jutaan pekerja migran akhirnya tidak memiliki pekerjaan dan karena tidak bisa pulang kampung, mereka terkadang ditahan di fasilitas yang penuh sesak yang justru meningkatkan risiko penularan.

Ketika pemerintah dengan mantap mencabut pembatasan, kasus-kasus COVID-19 langsung meningkat.

"Masalahnya adalah bahwa di negara seperti India, dengan kemiskinan berskala besar dan komunitas migran yang besar, Anda tidak dapat mengharapkan semua orang untuk berlindung di tempat dan keluar dari 'badai‘," kata Michael Kugelman, seorang analis dari Wilson Center yang bermarkas di Washington.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI