Perdagangan Manusia Indonesia: dari Pengantin Pesanan Sampai Dijual Suami

Jum'at, 31 Juli 2020 | 02:05 WIB
Perdagangan Manusia Indonesia: dari Pengantin Pesanan Sampai Dijual Suami
(ABC)

Suster Laurentina di Kupang mengatakan masalah terkait perdagangan manusia di provinsi NTT berakar pada kemiskinan, tingkat pendidikan dan infrastruktur desa yang kurang memadai .

"Orang mudah untuk ditipu dengan kedok mencarikan pekerjaan yang lebih baik dan menghasilkan banyak uang," katanya kepada ABC Indonesia.

Dengan alasan itu, menurutnya, calo-calo atau jaringan perdagangan manusia pergi ke desa-desa utuk mencari mangsa dengan berbagai cara

"Mereka memberikan iming-iming ke calon korban dengan menawarkan pekerjaan yang enak, gaji besar dan tidak usah membawa apa-apa," kata Suster Laurentina.

"Banyak juga anak-anak ditawarkan beasiswa namun akhirnya dijual." katanya lagi.

Sama seperti modus penipuan lainnya, ia mengatakan identitas korban seringkali dipalsukan oleh calo dan membuat sulit baginya jika hendak melacak kasus.

Jenazah pekerja migran asal Solor Flores Timur, Oehala, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan kecamatan Fatuliu Kupang tiba hari Rabu (29/7/2020). Mereka ke Malaysia tanpa dokumen.

Selain sudah membantu masalah imigran sejak tahun 2012, Suster Laurentina juga sudah tiga tahun membantu mengurus jenazah para migran yang meninggal di Malaysia.

"Tahun 2017 ada 62 orang meninggal, tahun 2018 105 orang. Di tahun 2019 ada 119 jenazah dan di tahun 2020 ini sudah ada 33 jenazah," katanya.

Baca Juga: Mucikari R Jadi Tersangka, Polisi Sebut Artis Hana Hanifah Hanya Korban

Ia mengatakan kebanyakan yang mereka tolong tidak memiliki dokumen.

Pentingnya memahami pelaku perdagangan manusia

Suster Laurentina mengatakan untuk memerangi perdagangan manusia tidak bisa dilakukan satu pihak saja, melainkan melibatkan masyarakat dan pemerintah di tingkat desa sampai pusat.

Namun, salah satu pihak yang harus dipahami lebih mendalam adalah pelaku perdagangan manusia, menurut Yuniar Paramita Sari, mahasiswa PhD di RMIT, Melbourne.

Yuniar sedang melakukan penelitian terhadap pelaku perdagangan manusia di kalangan pembantu rumah tangga dan di industri seks, dengan kebanyakan pelakunya adalah perempuan.

"Dalam hal pencegahan saya rasa kita harus memahami para pelaku. Selama ini fokus Indonesia dan internasional selalu mengarah pada korban," kata Yuniar yang menempuh studi di School of Global, Urban and Social Studies, RMIT.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI