"Jadi kalau diakumulasi dari kerja sama UEA maupun China, kita akan mendapatkan 30 juta vaksin di 2020," kata Erick.
Erick mengatakan, dengan konsep dua kali vaksinasi maka otomatis satu orang membutuhkan dua dosis vaksin.
Dengan begitu, dari jumlah vaksin yang tersedia 30 juta dibagi menjadi dua, maka total jumlah orang yang divaksinasi tahun ini hanya 15 juta orang.
Ia sekaligus menekankan bahwa vaksin yang dikembangkan itu tidak bersifat selamanya.
Vaksin yang disuntikan hanya bertahan dalam jangka waktu tertentu, sehingga vaksinan perlu dilakukan kembali secara berkala.
"Untuk tahun 2021 sendiri, total komitmen ini kita masih merancang ada yang 290 juta sampai 340 juta. Kami tekankan ada dua kali dosis penyuntikan dengan jeda dua minggu. Sebagai catatan vaksin untuk Covid-19 yang ditemukan hari ini jangkanya masih 6 bulan sampai 2 tahun. Jadi bukan vaksin yang disuntik selamanya."
Erick berujar, dari hasil konfirmasi terakhir dengan pihak terkait, diketahui vaksin Covid-19 itu dapat disuntikan kepada remaja hingga dewasa usia 18 - 59 tahun.
"Tapi usia di atas 59 sudah bisa menerima vaksin dan sekarang terus dikembangkan vaksin untuk 18 tahun ke bawah termasuk anak-anak. Ini masih ada prosesnya," kata Erick.
Baca Juga: Asosiasi Medis Minta Pemerintah AS Transparan Soal Vaksin Covid-19