Dikritik Milenial karena Cibir Demo, Megawati: Kalian Jangan Menjeng Doang

Sabtu, 31 Oktober 2020 | 16:38 WIB
Dikritik Milenial karena Cibir Demo, Megawati: Kalian Jangan Menjeng Doang
Pembukaan Sekolah Calon Kepala Daerah PDIP gelombang dua secara virtual, Rabu (26/8/2020). [Suara.com/Stephanus Aranditio]

Suara.com - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri santai menanggapi kecaman dari mahasiswa maupun buruh, karena mempertanyakan sumbangsih kaum milenial selain berdemonstrasi.

Megawati mengakui memantau banyak yang memviralkan pernyataannya dalam acara PDI Perjuangan pada 28 Oktober 2020. 

Ia juga mengakui, kecaman itu dipicu pernyataannya agar Prsiden Jokowi tidak memanjakan generasi milenial.

Tanggapan itu dilontarkan Megawati saat memberikan arahan dalam Rapat Koordinasi Bidang DPP PDI Perjuangan, Sabtu (31/10/2020), 

"Karena apa? Terus kalau sudah disebut generasi milenial, saya nanya, apa baktinya bagi negeri ini? Lalu jadi malah ada talkshow dan sebagainya. Saya senang saja. Tentu sifatnya pro dan kontra," ujar  Megawati.

Megawati menjelaskan maksud pernyataannya itu. Bagi Megawati, kalangan milenial adalah yang lahir mulai tahun 1980-an. 

Selanjutnya, Megawati mempertanyakan alasan kader PDIP terus mengangkat dirinya sebagai ketua umum partai. 

Menurut mantan Presiden kelima RI itu, dirinya kerap masih belum puas terhadap kader partai yang mayoritas adalah kalangan milenial. 

Ia mencontohkan, kerap melihat masih ada kader yang tak serius saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, dan menaikkan bendera Merah Putih. Padahal itu adalah protokol kenegaraan. 

Baca Juga: Profil Megawati Soekarnoputri Lengkap dari Pendidikan sampai Karier

"Karena apa? Siapa yang akan membela dan menghormati negara kita kalau bukan kita sendiri?" imbuh Megawati.

"Kalau di Amerika. Saya tak mau bilang di RRC, nanti saya dibilang komunis pula. Di Amerika itu, rakyatnya itu kalau dengar lagu kebangsaannya, itu langsung berdiri," sambungnya Megawati.

Megawati mengakui, membutuhkan kader PDI Perjuangan yang mempunyai jiwa raga dan semangat yang tinggi.

Karena itu, ia tak ingin memanjakan kader milenial yang belum berkontribusi untuk Indonesia. 

"Saya butuh kader yang punya jiwa raga, fighting spirit. Makanya saya bilang jangan manjakan milenial. Apa baktinya bagi negeri ini. Bagi saya milenial ini kan lahir sekitar tahun 1980-an. Ya kalian ini banyak juga. Jangan mejeng saja. Harus berbuat. Jangan ada di partai ini kalau tidak (berbuat)," tutur Megawati. 

Megawati memberi contoh kasus likuifaksi di Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu. 
Para pemimpin daerah maupun kalangan milenial seharusnya mempelajari fenomena itu untuk mencari jalan keluar. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI