"Kalau di Amerika. Saya tak mau bilang di RRC, nanti saya dibilang komunis pula. Di Amerika itu, rakyatnya itu kalau dengar lagu kebangsaannya, itu langsung berdiri," sambungnya Megawati.
Megawati mengakui, membutuhkan kader PDI Perjuangan yang mempunyai jiwa raga dan semangat yang tinggi.
Karena itu, ia tak ingin memanjakan kader milenial yang belum berkontribusi untuk Indonesia.
"Saya butuh kader yang punya jiwa raga, fighting spirit. Makanya saya bilang jangan manjakan milenial. Apa baktinya bagi negeri ini. Bagi saya milenial ini kan lahir sekitar tahun 1980-an. Ya kalian ini banyak juga. Jangan mejeng saja. Harus berbuat. Jangan ada di partai ini kalau tidak (berbuat)," tutur Megawati.
Megawati memberi contoh kasus likuifaksi di Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu.
Para pemimpin daerah maupun kalangan milenial seharusnya mempelajari fenomena itu untuk mencari jalan keluar.
Megawati mengakui, sudah belajar dari China dan Jepang soal metode menghadapi bencana alam. Menurutnya, Indonesia jauh tertinggal dari kedua negara tersebut.
"Kalian mungkin heran kenapa ketua umum bisa tahu? Karena saya belajar. Saya juga pengin kalian itu belajar, jangan mejeng doang," tutur Megawati.
Dalam arahannya itu, Megawati juga menyinggung banyak kalangan milenial yang sukses. Namun, umumnya mereka yang sukses adalah yang berprofesi sebagai pengusaha.
"Tapi yang lain? Yang saya maksud, berapa banyak rakyat yang sudah kamu tolong? Saya ingin rakyat punya harapan. Partai ini, membawa kemajuan dan kesejahteraan ke depan. Tapi bagaimana (bisa) kalau manja? Ya ngamuk lah saya. Bilang milenial tak boleh dimanja," kata Megawati.
Baca Juga: Profil Megawati Soekarnoputri Lengkap dari Pendidikan sampai Karier
Megawati pun tak menyangka pernyataannya dijadikan bahan diskusi di acara televisi.