OPINI: Diskursif Pencegahan Wabah Covid-19 Dalam Perspektif Foucault

Ririn Indriani Suara.Com
Minggu, 14 Februari 2021 | 19:46 WIB
OPINI: Diskursif Pencegahan Wabah Covid-19 Dalam Perspektif Foucault
Alamsyah, Dosen Ilmu Komunikasi dan Media Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang. (Foto: Dok. Pribadi)

Penggunaan aturan berlaku dalam budaya dengan beragam wacana dan fungsi pada sebuah tingkatan yang dalam dan kuat. Ini bukan semata-mata aturan untuk bagaimana seharusnya berbicara, tetapi aturan-aturan yang menentukan sifat dasar pengetahuan, kekuasaan, dan etika kita. Aturan-aturan ini mengatur apa yang boleh dibicarakan atau ditulis, dan siapa yang boleh membicarakan atau menulisnya, dan kata-kata siapa yang dianggap serius. Peraturan tersebut juga menentukan yang harus diambil oleh wacana.

Dari konsep dan pemikiran Foucault tersebut di atas, penulis berasumsi bahwa konsep protokol kesehatan penanggulangan dan penanganan covid-19 oleh Pemerintah Indonesia adalah sebuah wacana. Wacana ini berada dalam pikiran masyarakat dan secara halus menjadi paradigma masyarakat Indonesia itu sendiri dalam berpikir dan bertindak.

Wacana hidup menjadi bagian dari masyarakat dalam mengatur tingkahlaku kita dan membatasi gerak-gerik masyarakat. Wacana inilah menurut Foucault sebagai kebenaran. Kebenaran menurutnya adalah wacana yang dominan dalam sebuah struktur.

Episteme bisa dikatakan sebagai struktur kognitif fundamental yang mendasari keseluruhan pola berpikir masyarakat di tengah pandemi covid-19 Indonesia. Di mana sebagai sebuah totalitas yang menyatukan, dalam arti mengendalikan cara kita memandang dan memahami realitas tanpa kita sadari tentang covid-19 itu.

Episteme hanya berlaku pada suatu zaman yang dalam hal ini zaman masyarakat Indonesia dirundung pandemi wabah covid-19. Ketika masyarakat sadar akan episteme yang memengaruhi mereka, berarti mereka telah berada dalam episteme yang berbeda, karena episteme tidak dapat dilihat atau disadari ketika kita ada di dalamnya.

Épisteme tidak bisa dilacak, tetapi dapat ditemukan dengan cara mengungkap “yang tabu, yang gila, dan yang tidak benar” menurut pandangan suatu zaman.

Di dalam episteme ada hubungan yang erat antara bahasa dan realitas terkait protokol kesehatan penanganan dan penanggulangan covid-19 di Indonesia. Bahasa yang tidak transparan seperti bahasa serapan dari bahasa asing (Inggris), yang merupakan cerminan dari sebuah episteme.

Realitas yang disampaikan bahasa dengan demikian adalah realitas yang dibentuk oleh episteme. Bahasa di sini berarti adalah wacana yang merupakan pengetahuan yang terstruktur.

Berbicara tentang wacana, berarti berbicara tentang aturan-aturan, praktik-praktik yang menghasilkan pernyataan-pernyataan yang bermakna pada satu rentang historis tertentu.

Baca Juga: Vaksin Tak Bikin Gejala Memburuk, Odapus Disarankan Ikut Vaksinasi

Pada permasalahan penanganan dan penanggulangan covid-19 di Indonesia, konsep-konsep protokol kesehatan covid-19 merupakan konsekuensi kekuasaan yang terhubung dengan masyarakat dengan memberi struktur kegiatan-kegiatan, namun tidak bersifat represif akan tetapi produktif yang melekat pada keinginan mengetahui, dan bagaimana kekuasaan dipraktikan diterima, dan dilihat sebagai kebenaran. Di sinilah jelas bahwa pengetahuan atau wacana adalah sebuah kekuasaan. Tidak ada pengetahuan tanpa kekuasaan dan tidak ada kekuasaan tanpa pengetahuan.

Penulis: Alamsyah (Dosen Ilmu Komunikasi dan Media Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI