Mereka berlindung ke gedung terdekat.
"Beberapa guru terluka saat berlari. Kami sedang memantau situasinya dan apakah akan keluar lagi atau tidak."
Berdasarkan sebuah rekaman video yang diposting, tampak sejumlah dokter dan pelajar dengan jas lab putih juga melarikan diri ketika polisi meluncurkan granat kejut di luar sekolah kedokteran di bagian lain kota.
Di kota Mandalay yang terletak di utara, polisi menembakkan senjata ke udara, mengurung staf medis yang memprotes di rumah sakit kota, kata seorang dokter di sana kepada Reuters melalui sambungan telepon.
Seorang aktivis di Mandalay, yang tidak ingin disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan kepada DW bahwa dia menyaksikan militer menargetkan ambulans dan rumah sakit di kota tersebut.
"Hari ini saya melihat bahwa mereka (militer) bahkan menembak ambulans dan mereka menangkap beberapa orang yang berlindung di rumah sakit. Mereka tidak segan-segan lagi dan mereka menggunakan kekerasan ekstrem terhadap para pengunjuk rasa," kata aktivis itu kepada DW.
Uni Eropa jatuhkan sanksi Kepala diplomatik Uni Eropa Josep Borrell juga mengutuk tindakan keras itu dan menegaskan pada Minggu (28/02) bahwa UE akan menjatuhkan sanksi sebagai tanggapan atas kudeta yang teradi.
"Kekerasan tidak akan memberikan legitimasi pada pelimpahan ilegal dari pemerintah yang dipilih secara demokratis," kata Borrell dalam sebuah pernyataan.
"Dalam penembakan terhadap warga yang tidak bersenjata, pasukan keamanan telah secara terang-terangan mengabaikan hukum internasional, dan harus dimintai pertanggungjawaban."
Baca Juga: Myanmar Makin Memanas, Kantor HAM PBB Sebut Demonstran Tewas Capai 18 Orang
"Uni Eropa akan mengambil tindakan dalam menanggapi perkembangan ini segera," kata Borrell.
Sanksi tersebut diharapkan dapat diputuskan dalam beberapa hari mendatang. Menteri-menteri Uni Eropa juga telah memutuskan untuk menahan beberapa bantuan pembangunan.
Dubes Myanmar di PBB yang dipecat ikrarkan perlawanan Aksi berdarah pada hari Minggu (28/02) terjadi beberapa hari setelah seruan dramatis dari duta besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun, yang secara terbuka memutuskan hubungan dengan junta yang berkuasa saat berpidato di depan Majelis Umum PBB.
Dia mengatakan bahwa dia berbicara atas nama pemerintah sipil Aung San Suu Kyi yang digulingkan dan menyerukan intervensi internasional untuk membantu mengakhiri kudeta.
"Kami membutuhkan tindakan sekuat mungkin lebih lanjut dari komunitas internasional untuk segera mengakhiri kudeta militer," kata Moe Tun, Jumat (26/02).
Pada hari Sabtu (27/02), lembaga penyiaran Myanmar melaporkan bahwa diplomat tersebut telah dipecat karena dia telah "mengkhianati negara dan berbicara untuk organisasi tidak resmi yang tidak mewakili negara dan telah menyalahgunakan kekuasaan dan tanggung jawab seorang duta besar."