Negara-negara Afrika Ikut Tangguhkan Vaksin AstraZeneca

Kamis, 18 Maret 2021 | 15:06 WIB
Negara-negara Afrika Ikut Tangguhkan Vaksin AstraZeneca
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Muluken Yohannes, penasihat Kementerian Kesehatan Ethiopia, mengatakan kepada DW bahwa Ethiopia akan terus menggunakan vaksin AstraZeneca kecuali ada bukti nyata dari risiko keselamatan yang teridentifikasi.

Ghana juga masih melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca.

"Sebagai sebuah negara, kami menerimanya dan sejumlah orang telah mendapat vaksin dan kami tidak memiliki laporan tentang ancaman serius," kata Augustina Sylverken, seorang ahli dalam Pengobatan Tropis dengan Pusat Penelitian Kolaborasi Kumasi di Pengobatan Tropis, kepada DW.

Apa efek penangguhan terhadap vaksinasi?

Para ahli mengatakan bahwa perdebatan seputar penggunaan vaksin AstraZeneca dapat menghambat vaksinasi Afrika yang sedang berlangsung. Meskipun ada saran dari regulator medis dan ahli lain di lapangan untuk terus melanjutkan vaksinasi.

“Ada banyak orang yang skeptis tentang virus ini,” ujar Seni Kouanda, seorang ahli epidemiologi di Institut Kesehatan Masyarakat Afrika, kepada DW.

"Bagi mereka, vaksin adalah hal yang sama. Efek sampingnya, bagi mereka, adalah ‘‘berkah‘‘.

Orang-orang yang skeptis seperti itu mungkin juga menolak vaksinasi, setidaknya dengan AstraZeneca, jika kampanye terus berlanjut,‘‘ tambahnya.

AstraZeneca awalnya dipandang sebagai terobosan dalam penanggulangan pandemi virus corona, khususnya di negara berkembang.

Baca Juga: Bukan Vaksin AstraZeneca, Pil KB Lebih Berisiko Picu Penggumpalan Darah

Harganya jauh lebih murah, lebih mudah didistribusikan dan dikelola, daripada vaksin buatan BioNTech-Pfizer yang memerlukan suhu sangat rendah untuk proses penyimpanan.

Sebanyak 25 negara Afrika telah disuplai dengan vaksin AstraZeneca melalui skema multilateral COVAX, yakni sebuah inisiatif bersama dari WHO dan aliansi vaksin internasional GAVI. (pkp/gtp)

Koresponden DW Mimi Mefo, Reliou Koubakin, Solomon Muchie dan Zakari Sadou berkontribusi pada laporan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI