Suara.com - Analis intelijen dan terorisme menilai momen jelang Paskah dimanfaatkan pelaku sebagai aksi perlawanan pada pihak berwenang yang tengah intens memberantas jaringan teror. Protokol penanganan terorisme diminta tak kendur.
Perihal peristiwa bom bunuh diri di sekitar Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/03) waktu setempat, analis intelijien dan terorisme Stanislaus Riyanta menduga kuat bahwa pelaku berasal dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
“Dilihat dari karakteristik dan model aksinya, kemungkinan besar pelaku berasal dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah. Kemungkinan ini berdasar atas model aksi yang sama dengan teror di Gereja Surabaya dan Polrestabes Medan,” ujar Stanislaus saat dihubungi DW Indonesia, Minggu (28/03) siang.
Stanislaus berpendapat bahwa aksi ini sebagai bentuk balas dendam atau perlawanan jaringan teror mengingat upaya penegak hukum kini yang sangat intens dalam memberantas jaringan teror.
“Aksi ini bisa juga sebagai pesan dari kelompok teror yang semakin terdesak bahwa mereka masih eksis,” katanya.
Ia menambahkan bahwa momen jelang perayaan Paskah dianggap pelaku sebagai momentum untuk melancarkan aksinya.
“Minggu Palma akan banyak umat yang beribadat dan pengamanan lebih longgar keamanannya daripada pada saat malam atau minggu Paskah,” kata Stanislaus.
Jokowi kutuk keras teror bom bunuh diri di Makassar
Menanggapi peristiwa ini, Presiden Joko Widodo mengutuk aksi teror yang terjadi di Gereja Katedral di Kota Makassar.
Baca Juga: Terungkap! Bahan Peledak Bom Makassar: Bisa Dibeli Online
Jokowi telah memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan membongkar jaringan pelaku teror hingga ke akarnya.
"Saya mengutuk keras aksi terorisme tersebut dan saya sudah memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku dan membongkar jaringan tersebut sampai ke akar-akarnya," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (28/03).
Jokowi menegaskan bahwa terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan tidak berkaitan dengan ajaran agama apa pun.
“Semua ajaran agama menolak aksi teror apapun itu alasannya.”
Ia pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dalam menjalankan ibadah. Ia juga menyampaikan bahwa negara menjamin “keamanan umat beragama untuk beribadah tanpa rasa takut.”
“Saya mengajak semua anggota masyarakat untuk bersama-sama memerangi terorisme, memerangi radikalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebinekaan,” tutur Jokowi.