Kasus Pembekuan Darah, AS hingga Uni Eropa Setop Vaksin Johnson & Johnson

Rabu, 14 April 2021 | 13:01 WIB
Kasus Pembekuan Darah, AS hingga Uni Eropa Setop Vaksin Johnson & Johnson
Vaksin COvid-19 Johnson & Johnson. [Justin Tallis/AFP]

Di Inggris, vaksin Johnson & Johnson belum mendapatkan persetujuan meski 30 juta dosis telah dipesan sebelumnya. Departemen Kesehatan mengatakan penundaan pengiriman tidak akan mempengaruhi pasokan vaksin di Inggris, dan tidak pula menggagalkan program vaksinasi mereka yang rencananya akan diberikan kepada orang dewasa pada akhir Juli.

Kasus Pembekuan Darah Terbaru

Dalam pernyataan bersama, FDA dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan saat ini mereka tengah meninjau data yang melibatkan enam kasus pembekuan darah langka di AS.

Pembekuan itu disebut sebagai trombosit sinus vena serebral (CVST). Jenis pembekuan darah ini dikatakan membutuhkan penanganan yang berbeda dari pembekuan yang biasa. Pengobatan umum seperti obat antikoagulan atau yang disebut heparin terindikasi berbahaya untuk kasus ini.

Selagi menunggu tinjauan lebih lanjut, FDA dan CDC menyarankan untuk menunda penggunaan vaksin ini tak lebih untuk berhati-hati.

“Orang yang telah menerima vaksin Johnson & Johnson yang mengalami sakit kepala parah, sakit perut, sakit kaki, atau sesak napas dalam tiga minggu setelah vaksinasi harus menghubungi penyedia layanan kesehatan mereka,” ujar FDA dan CDC.

Pernyataan Johnson & Johnson

Usai huru-hara soal kasus pembekuan darah, Johnson & Johnson merilis pernyataannya yang mengatakan bahwa mereka memberikan semua laporan kejadian buruk kepada otoritas kesehatan Eropa.

“Kami telah membuat keputusan untuk secara proaktif menunda peluncuran vaksin kami di Eropa,” tulis pernyataan J&J dalam situs resminya, Selasa (13/4/2021).

Baca Juga: MUI Keluarkan Fatwa Vaksin Tak Batalkan Puasa, Ini Tanggapan Kemenkes

“Kami telah bekerja sama dengan ahli medis dan otoritas kesehatan, dan kami sangat mendukung komunikasi terbuka informasi ini kepada profesional perawatan kesehatan dan publik.” tulisnya.

(Maulida Balqis)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI