“Kadang kan septic tank cepet penuh itu bisa jadi karena klepnya bocor. Air ngucur terus, kan, dikit-dikit lama-lama kan jadi banyak dan cepet penuh kan,” kata Tamin.
Pernah dimaki
Lika-liku pekerjaan menguras tinja sudah dirasakan Tamin. Mendapatkan apresiasi, bahkan dimaki warga pernah diterimanya.
“Ya namanya kita kerja kadang orang komplen. Dimaki-maki, kita dibilang penipulah, inillah, itulah, pernah. Kita biarin aja, orang begitu. Kalau kita layanin sama juga ngalayanin orang gila,” katanya.
Saya tanya kenapa sampai dimaki-maki orang kalau memang sudah bekerja dengan benar?
“Misal nih sedot sekarang, kadang-kadang ada yang seminggu septic tank penuh lagi. Itu sering kejadian. Karena kan (warga) nggak sadar. Kadang bocor dari itu tadi, klep toiletnya bocor sehingga air netes terus ke septic tank.”
Kalau menemukan kasus seperti itu, biasanya Tamin akan menyarankan kepada pemilik rumah untuk meminta bantuan tukang bangunan atau yang biasa bongkar pasang closet untuk mengganti klep.
![Truk tangki penyedot tinja [Suara.com/Siswanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/25/81677-ilustrasi-penyedot-tinja.jpg)
Tinja dikirim kemana?
Banyak orang yang bertanya-tanya, dibawa kemana cairan tahi sehabis dikuras dari septic tank.
Baca Juga: Kisah Cinta Dua Orang Tunanetra
Setelah tinja yang bertahun-tahun ditampung dalam septic tank rumah-rumah warga atau tempat-tempat publik disedot, selanjutnya dibawa ke instalasi pengolahan lumpur tinja atau kalau bahasa Tamin: “dibuang ke pengolahan.”