Awal jadi penyedot tinja
Sambil ngobrol, sesekali mata Tamin menoleh ke layar telepon seluler, mungkin dia ingin memastikan apakah ada pelanggan yang menghubunginya atau tidak.
Sejurus kemudian, ingatannya menuju pada masa-masa awal membantu adik bekerja sebagai penyedot tinja.
Tamin menjadi kenek kala itu. Walaupun sebutannya kenek, sebenarnya peran Tamin sama saja dengan adiknya.
Dia tidak hanya membantu memegangi selang, tetapi juga ikut memeriksa isi septic tank, memasang pipa penyedot, setelah pengurasan selesai ikut memastikan apakah bak penampung tahi benar-benar sudah kosong atau belum, ikut memeriksa apakah ada kebocoran klep pada closet atau tidak, sampai ikut membantu mengirim lumpur tinja ke instalasi pengolahan.
Dari sekian pengalaman pada periode pertama pekerjaannya, ada salah satu peristiwa yang paling diingat Tamin. Waktu itu, dia membantu menangani kasus saluran WC tak berfungsi. Tahi pemilik rumah tidak mau masuk ke dalam septic tank, walau sudah diguyur dengan banyak air.
Setelah diperiksa sana sini, barulah ketahuan penyebab saluran WC mampet.
![Ilustrasi toilet [elements.envato]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/23/44145-ilustrasi-toilet.jpg)
Septic tank ternyata sudah benar-benar penuh. Tamin menyaksikan dari dekat sekali pemandangan tahi di dalam septic tank, ditambah lagi aroma tahi yang belum lama masuk ke sana -- nanti dia akan cerita wujud tinja serta beda bau tahi yang masih baru nyemplung dan yang sudah lama.
“Kalau mampet kan di dalam di closet itu udah penuh. Itu kan kotoran semua. Kita kan nggak sanggup waktu dulu, jember.”
Baca Juga: Kisah Cinta Dua Orang Tunanetra
“Pertamakalinya mah kita geli aja gitu. Karena nggak biasa gitu.”