Aktivisme Borjuis: Kenapa Kelas Menengah Gagal Pertahanankan Demokrasi?

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 12 Juni 2021 | 15:03 WIB
Aktivisme Borjuis: Kenapa Kelas Menengah Gagal Pertahanankan Demokrasi?
ILUSTRASI - Pengunjuk rasa yang menolak Omnibus Law RUU Cipta Kerja terlibat bentrok dengan polisi di kawasan Harmoni, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Demonstrasi tersebut berakhir ricuh. [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tidak adanya strategi politik jangka panjang membuat kelas menengah reformis hanya mampu melakukan perlawanan-perlawanan yang sporadis atau bergantung pada suatu desain kebijakan dan lembaga tertentu serta pada aktor politik yang dianggap reformis. Terserapnya banyak aktivis dan akademisi ke dalam kekuasaan yang juga turut mereproduksi politik identitas dan predatorisme adalah konsekuensi lebih jauh dari pendekatan gerakan berwatak kelas menengah itu. Konteks ini menjelaskan mengapa pelemahan KPK dan rangkaian kebijakan bertendensi otoriter lainnya makin intensif terjadi dalam beberapa tahun belakangan.


Abdil Mughis Mudhoffir adalah seorang dosen Sosiologi di Universitas Negeri Jakarta dan honorary fellow di Asia Institute, University of Melbourne.

Artikel ini pertama terbit di Project Multatuli dan direpublikasi di sini menggunakan lisensi Creative Commons.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI