Suara.com - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan surat edaran yang berisikan pedoman beribadah di rumah untuk masyarakat yang berada di wilayah zona oranye dan merah Covid-19.
Berbeda dengan itu, Ketua Tim Nasional Peduli Covid-19 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ikhsan Abdullah menilai, tempat ibadah lebih baik tidak dikosongkan meskipun berada di zona merah.
"Tempat ibadah seperti masjid, musala tidak baik dikosongkan karena kegiatan ibadah ditiadakan meskipun berada di zona merah, karena kita tidak akan tahu sampai kapan pandemi Covid19 akan berlalu," kata Ikhsan saat dikonfirmasi Suara.com, Rabu (16/6/2021).
Daripada meniadakan kegiatan ibadah di masjid atau musala, Ikhsan menilai lebih menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat.
Semisal, setiap masjid atau musala dapat menaruh alat deteksi Covid-19 hingga memperketat penggunaan alat pelindung diri (APD).
Selain itu, tempat ibadah atau musala juga bisa menjadi tempat sosialisasi sebagai bentuk ikhtiar memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Dengan kata lain, Ikhsan menganggap bahwa bangsa Indonesia sebaiknya bukan menghindari lagi tetapi harus bisa beradaptasi dengan pandemi Covid-19.
"Kita harus mampu beradaptasi dengan budaya Covid-19 bukan menghindari. Belajar dari Jerman yang terdapat puluhan ribu gereja tak berpenghuni, hanya bunyi lonceng yang berdering setiap waktu."
Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan surat edaran untuk menjadi pedoman masyarakat dalam kegiatan di rumah ibadah. Surat Edaran tersebut dengan Nomor SE 13 Tahun 2021 tentang Pembatasan Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Tajam, Menag Terbitkan Edaran Pembatasan Kegiatan di Rumah Ibadah
Ia berharap dengan surat edaran tersebut, umat beragama tetap bisa menjalankan aktivitas ibadah sekaligus terjaga keselamatan jiwanya dengan cara menyesuaikan kondisi terkini di wilayahnya.