Mizan Bisri juga menjelaskan bahwa ada tujuan yang berbeda untuk setiap latihan atau drill siaga bencana di setiap jenjang pendidikan.
“Untuk jenjang sekolah dasar murid-murid diajarkan tentang bagaimana melindungi dirinya sendiri, jenjang sekolah menengah diajarkan tentang bagaimana melindungi diri sendiri dan menolong orang lain, jenjang sekolah yang lebih tinggi diajarkan tidak hanya melindungi diri dan orang lain, tetapi juga bagaimana cara mengurangi risiko bencana,“ jelasnya.
Sementara itu, narasumber kedua, yaitu pembina Sigap Keluarga Peduli Pendidikan (KerLIP) Indonesia, Yanti Sriyulianti, menerangkan bahwa jaminan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) harus secara komprehensif mencakup fase prabencana, penanganan situasi darurat, dan pemulihan pascabencana.
“SPAB adalah sekolah yang memberikan jaminan keamanan, keselamatan, kesehatan, kemudahan, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan standar keselamatan ketika anak-anak ada di sekolah. Bagaimana hak-hak anak atas rasa aman, selamat, nyaman dan sehat tersebut dapat dijamin oleh sekolah,” tutur Yanti.
Yanti menambahkan bahwa ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam rangka mewujudkan SPAB.
“Kalau di tingkat keluarga, rencana kesiapsiagaan itu ada 12, sedangkan di satuan pendidikan ada sepuluh langkah. Dalam implementasinya, sepuluh langkah ini dapat diintegrasikan dengan berbagai sektor yang bergerak di bidang pendidikan dan kebencanaan,“ ujar Yanti.
Pada akhir acara, Kepala SRIT, Saidan menyampaikan apresiasi atas suksesnya kegiatan webinar.
“Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada DWP KBRI Tokyo dan Atdikbud yang telah mendorong, membantu, dan memfasilitasi SRIT dalam melaksanakan kegiatan webinar bagi masyarakat Indonesia di Jepang dan seluruh penjuru dunia. Saya berharap para peserta dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat untuk diterapkan dalam rangka menciptakan sekolah yang aman dan nyaman,” pungkas Saidan.
Webinar tersebut diikuti lebih dari 500 peserta, baik melalui aplikasi Zoom maupun siaran langsung YouTube. Peserta tersebut berasal dari berbagai kalangan, di antaranya kepala sekolah, guru dan siswa dari berbagai satuan pendidikan Indonesia (dalam negeri dan luar negeri), perwakilan RI dan DWP di seluruh dunia, dosen dan mahasiswa, yayasan pendidikan dan kelembagaan yang menangani bencana, pemerhati pendidikan, orang tua siswa serta masyarakat umum.
Baca Juga: Kemendikbudristek Luncurkan Program Beasiswa Magang dan Studi Independen Bersertifikat