Perempuan Afghanistan Takut Taliban Kembali Berkuasa: Dikekang hingga Jadi Budak Seks

Senin, 02 Agustus 2021 | 14:20 WIB
Perempuan Afghanistan Takut Taliban Kembali Berkuasa: Dikekang hingga Jadi Budak Seks
Helikopter Tentara Nasional Afghanistan (ANA) lepas landas di dalam pangkalan udara AS Bagram setelah semua pasukan AS dan NATO pergi, di Afghanistan, pada (5/7/2021). [WAKIL KOHSAR / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Beberapa warga Afghanistan berharap Taliban akan meliberalisasi kebijakan mereka dan mengurangi aturan-aturan yang diterapkan.

Mereka mengatakan Taliban telah memerintahkan perempuan untuk tidak keluar rumah tanpa anggota keluarga laki-laki, mengenakan burqa, dan melarang laki-laki mencukur janggut mereka, mengingatkan pada kebijakan kelompok itu ketika memerintah negara itu dari tahun 1996 hingga 2001.

"Anda lihat di daerah-daerah yang dikendalikan Taliban, mereka memberlakukan pernikahan paksa, perbudakan seksual, dan pernikahan anak," ungkap Shukria Barakzai, seorang aktivis hak-hak perempuan yang menjabat sebagai duta besar Afghanistan untuk Norwegia.

"Mereka menyandera janda-janda muda dan gadis-gadis muda. Ini bertentangan dengan budaya Afghanistan, agama, dan semua aturan perang. Kejahatan perang sedang terjadi terhadap warga Afghanistan, terutama terhadap wanita." sambungnya.

Taliban menampik tuduhan tersebut dan bersikeras jika mereka tidak mengeluarkan perintah seperti itu. Mereka justru menuduh para kritikus sedang menodai citra Taliban.

"Yang disebut pemimpin Afghanistan tentang hak-hak perempuan hanya untuk menarik perhatian Barat agar mereka tetap berkuasa dan memberi mereka uang karena kita belum pernah melihat saudara perempuan dan perempuan mereka di TV atau bersama mereka di tempat umum," ungkap

Nasira Ghafoori, seorang penjahit dari provinsi Ghazni mengungkapkan jika hak-hak perempuan yang disampaikan oleh Taliban hanya untuk menarik perhatian barat.

"Beberapa dari mereka bahkan merasa malu untuk menyebut nama anak perempuan, saudara perempuan, dan istri mereka di depan umum. Pemimpin seperti itu dan perempuan lain yang menyalahgunakan slogan-slogan hak-hak perempuan tidak punya tempat di sini. Kami hanya tertarik pada perdamaian dan mengakhiri perang." tegas Nasira.

Maryam Durrani, seorang aktivis hak-hak perempuan dan pengusaha di kota Kandahar, mengatakan dia harus membatasi aktivitasnya setelah diancam oleh Taliban.

Baca Juga: Misteri Temuan Mayat Perempuan Terapung di Sungai Rokan Masih Belum Terpecahkan

"Mereka mengancam saya, mengatakan 'kami akan membunuh Anda karena aktivitas Anda'. Karena itu, sebagai tindakan pencegahan, kami menutup klub untuk melindungi nyawa pelanggan," jelas Durrani.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI