Dalam hal ini, P.A.D.E juga memprioritaskan jasa pengawalan terhadap pasien yang sedang membutuhkan pertolongan dengan segera.
"Dari sebelum pandemi, kami tidak pernah memungut biaya, jadi pure dari hati teman-teman. Selain jenazah, kami juga prioritaskan pasien yang perlu mendapatkan pertolongan dengan segera," tegas Putra.
Abdul Rochim Al Aziz (29) selaku salah satu anggota P.A.D.E menambahkan, pada dasarnya gerakan mengawal ambulans berangkat pada rasa kemanusiaan.
Terkadang, sebagai seorang manusia, Aziz kerap berpikir jika orang, pasien, atau jenazah adalah keluarganya, dia akan merasa sedih manakala ambulans terjebak dalam kemacetan.
"Ini dasarnya kemanusiaan, kadang saya mikir yang di dalam ambulans itu keluarga atau rekan saya sendiri, pasti kita juga sedih kalau kena macet," kata Aziz.
Pria yang berprofesi sebagai security itu menyebut, pada praktinya, para personel P.A.D.E yang berjumlah kurang lebih 33 orang akan berjaga setiap saat. Jika ada anggota yang bekerja pada malam hari, berarti dari pagi sampai sore akan bersiaga dan siap mengawal ambulans menuju rumah sakit atau TPU jika diperlukan.
"Biasa kami nunggu di kontak sama driver ambulansnya. Misal perlu ya kami bantu. Kalau stand by juga ada sih. Ada yang sudah free bisa kapan saja," ungkap Aziz.