Nestapa Gajah di Pulau Dewata akibat Pandemi Covid-19, Tersisa Kulit dan Tulang

Kamis, 07 Oktober 2021 | 22:33 WIB
Nestapa Gajah di Pulau Dewata akibat Pandemi Covid-19, Tersisa Kulit dan Tulang
Kondisi gajah Sumatra di pulau Bali yang mengalami kelaparan akibat pandemi Covid-19.[Al Jazeera]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Itulah yang terjadi dan sangat menjijikkan karena gajah-gajah ini telah memberi mereka keuntungan selama 15 tahun. Jadi saya tidak percaya ketika mereka mengatakan mereka tidak punya uang," sambung Haas.

Menurut Haas, biaya untuk merawat seekor gajah tidak terlalu mahal, "Biayanya Rp 2,8 juta sebulan untuk memberi makan satu ekor," ungkap Haas.

Haas mengatakan BEC juga menelantarkan stafnya tanpa bayaran. "Mereka telah bertindak tidak bertanggung jawab tidak hanya terhadap hewan tetapi juga kepada karyawan yang menyerahkan hidup mereka untuk pekerjaan mereka," ungkap Haas.

"Ketika saya pertama kali tiba di sana, beberapa staf telah pergi dan yang lain masih di sana, bekerja secara gratis, mencoba merawat gajah," katanya.

BKSDA mengatakan BEC diberi waktu dua bulan untuk mencari investor baru dan merestrukturisasi bisnis agar dapat merawat gajahnya kembali.

Jaringan Bantuan Hewan Jakarta, sebuah LSM tempat Dr Haas bekerja, juga ikut memberi makan gajah BEC dan membayar upah para penjaga.

"Mereka tidak ingin membiarkan mereka mengambil gajah. Mereka ingin membuat mereka kembali bekerja setelah pandemi," ungkap Dr Haas.

Rumah baru

Tiga dari 14 gajah milik BEC kini sudah diadopsi oleh sebuah kebun binatang yang tidak diketahui namanya di luar pulau Jawa.

Baca Juga: Jelang Timnas Indonesia vs Taiwan, Pelatih Bali United Puji Kualitas Yabes Roni

Sedangkan 11 sisanya dipindahkan ke Tasta Wildlife Park, kebun binatang yang baru dibuka pada bulan Juni di Kabupaten Tabanan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI