10 Tahun Setelah Kematian Gaddafi, Libya Masih Jauh dari Stabilitas

Rabu, 20 Oktober 2021 | 18:37 WIB
10 Tahun Setelah Kematian Gaddafi, Libya Masih Jauh dari Stabilitas
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepuluh tahun sejak diktator Muammar Gaddafi dibunuh oleh pemberontak Libya, negara kaya minyak itu masih berjuang untuk keluar dari kekerasan dan konflik senjata antar kelompok.

Muammar Gaddafi, sering disebut sebagai Kolonel Gaddafi, memerintah Libya dengan tangan besi selama 42 tahun setelah melancarkan kudeta tahun 1969 dan mengulingkan monarki.

Gaddafi, yang menggambarkan dirinya sebagai pahlawan revolusioner Arab dan Afrika, tanpa ampun menghancurkan semua oposisi dan lawan politiknya.

Namun pada tahun 2011, dia digulingkan dalam pemberontakan yang terinspirasi oleh Musim Semi Arab.

Para pemberontak mendapat dukungan dari NATO. Pada 20 Oktober 2011, kelompok pemberontak berhasil menangkap Gaddafi yang bersembunyi dekat kampung halamannya, Sirte, menyiksanya dan kemudian membunuhnya.

Sang "pemimpin revolusioner" tewas secara mengenaskan, jasadnya kemudian diseret dan dipamerkan di pasar.

Tetapi kelompok-kelompok bersenjata kemudian terjerumus dalam konflik berkepanjangan.

Tahun lalu PBB merintis gencatan senjata dan proses perdamaian, namun tidak berhasil menyelesaikan perpecahan yang mendalam.

Perpecahan politik "makin genting"

Baca Juga: Selesai Kumandangkan Azan Ashar, Seorang Muazin di Libya Meninggal Dunia

Sebaliknya, Libya makin terpecah belah di sepanjang garis regional dan ideologis, dengan bermacam-macam milisi yang saling bersaing untuk menguasai negara kaya minyak itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI