Bahkan, lanjut Ivonne, video yang diputar itu disebut majelis hakim di dalam perisidangan sebagai bukan tindakan KDRT. Sebab, di dalam video itu, PSV tidak terbukti melakukan tindakan sebagaimana yang dituduhkan oleh mantan istrinya tersebut.
"Tidak betul, karena itu pernah dipasang juga saat sidang cerai di PN Jaksel. Video itu saya nonton, hakim nonton, tidak ada dinyatakan oleh hakim dia melakukan atau terbukti melakukan kekerasan atau KDRT terhadap anak," sebut dia.
Menurut Ivonne, video tersebut merupakan potongan-potongan saja. Soal video yang menampilkan PSV sedang marah-marah, lanjut dia, hal itu disebutkan karena anak pertama yakni APVP berbicara kasar.
"Karena anak ini diajarkan tidak sopan oleh Ibunya nah akhirnya dia suka ngomong kata kata kasar nah itu yang diajarkan bapaknya dan kakeknya jangan ngomong kayak gitu. Jadi itu hal wajar seorang bapak ngajarin anaknya gitu," jelas Ivonne.
Terhadap upaya bunuh diri yang dilakukan oleh APVP, Ivonne juga memberikan komentarnya. Saat 2019, APVP tercatat sebagai siswa kelas 4 di Mahatma Gandhi School. Saat itu, PSV dan RLPS sedang menjalani proses persidanga perceraian.
Ivonne mengatakan, APVP yang saat itu berusia 9 tahun merasa tertekan atas polemik yang terjadi antara ibu dan ayahnya. Imbasnya, APVP pada suatu hari naik ke atas meja di salah satu ruang kelas.
Kata Ivonne, APVP menurunkan celananya, dan kemudian mengambil sebuah gunting dan didekatkan ke lehernya. Sontak, guru yang berada di ruang kelas itu merasa heran dan bertanya pada sang anak.
Menirukan ucapan APVP, Ivonne menyebut, "Saya stres, saya pusing orang tua saya ribut terus." Ivonne juga membantah jika upaya bunuh diri itu disebabkan oleh dugaan KDRT yang dituduhkan kepada PSV.
"Dia tidak menyebut bapak maupun ibunya tetapi orang tuanya. Kemudian atas kejadian itu sekolah memanggil," beber dia.
Baca Juga: Bocor Pengakuan Henny Rahman Menjadi Korban KDRT Zikri Daulay, Dipukuli Saat Hamil
Ivonne juga menambahkan jika kliennya mempunyai bukti yang cukup kuat. Misalnya, PSV hendak membawa anak pertama mereka ke psikolog, sedangkan RLPS enggan.