Kasus di Jagakarsa Belum Rampung, Muncul Lagi Pedofil di Tanjung Priok

Sabtu, 20 November 2021 | 13:28 WIB
Kasus di Jagakarsa Belum Rampung, Muncul Lagi Pedofil di Tanjung Priok
Ilustrasi pelecehan terhadap anak (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dua kejadian tersebut sekaligus mengindikasikan kasus predator seksual mengincar anak-anak ibarat puncak gunung es. 

Di Jagakarsa, seorang guru bahasa Inggris melakukan pelecehan terhadap 14 anak.

UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pemerintah Jakarta serta KPAI dilibatkan kepolisian untuk menangani kasus itu.

Kepada Suara.com, UPT P2TP2A DKI Jakarta menyatakan telah melakukan pendampingan dalam proses hukum, mulai dari pembuatan berita acara pemeriksaan, visum, psikologis korban, dan keluarga korban.

Untuk tindaklanjut dari sisi psikologis korban, dilakukan pemeriksaan terhadap kejiwaan mereka.

Kesehatan psikis korban menjadi fokus utama agar anak-anak di Jagakarsa yang menjadi korban FM (29) tidak mengalami trauma sepanjang hidup mereka.

Sedangkan dari sisi hukum, UPT P2TP2A terlibat melakukan pengawalan proses hukum selama kasus tersebut ditangani pihak bewajib.

Mengenai apakah jumlah korban bertambah, UPT P2TP2A menyatakan datanya masih seperti yang disampaikan polisi kemarin: 14 korban.

Hari ini, UPT P2TP2A bersama KPAI telah melakukan asesmen ke tokoh masyarakat di salah satu daerah di Jagakarsa.

Baca Juga: Kasus Pedofil dari Jagakarsa: Media Jangan Ekspos Aktivitas Seksual yang Dialami Anak-anak

UPT P2TP2A, KPAI, pengurus RT, RW mengimbau kepada media massa untuk tidak mengekspos kasus tersebut secara berlebihan.

Sebab, korbannya anak-anak yang pada umumnya masih duduk di sekolah dasar.

UPT P2TP2A telah mendapatkan aduan bahwa salah satu anak sekolah sudah disorot media.

UPT P2TP2A bersama KPAI kemudian melakukan school visit untuk mengimbau para guru dan pengelola sekolah tidak mem-blow up kasus tersebut.

Kepada media, UPT P2TP2A menyarankan jangan ekspos kronologis aktivitas seksual yang dialami anak-anak.

Selain itu juga media jangan mempublikasikan identitas anak, menyorot tempat tinggal, juga menunjukkan gang-gang rumah mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI