Protes pun berlanjut dan meluas ke kota-kota lain, termasuk Almaty yang sudah menjadi ibukota keuangan Kazakhstan.
Awalnya sebagian besar yang berdemonstrasi turun ke jalan sebagai solidaritas kepada Zhanaozen.
Dua kelompok kemudian muncul. Satu menyuarakan tuntutan oposisi pimpinan tokoh-tokoh seperti Mukhtar Ablyazov yang berada di pengasingan di luar negeri. Kedua, kelompok muda yang tergabung dalam gerakan sipil Oyan, Qazaqstan!
Kedua kelompok ini tak sekedar menuntut harga LPG diturunkan karena juga menuntut reformasi politik dan pembebasan tahanan politik.
Tetapi secara umum protes massa dipicu oleh kondisi sosial-ekonomi yang sulit, pandemi dan kebebasan berpendapat yang diberangus.
Sampai 4 Januari, demonstrasi berlangsung damai, namun keesokan harinya ketika kelompok muda yang umumnya dari kaum terpinggirkan di pedesaan, kondisi berubah panas sampai menimbulkan kekerasan yang kemudian menewaskan sejumlah petugas keamanan.
Minta Bantu Blok Rusia
![Foto udara kendaraan militer Rusia menunggu pemuatan ke pesawat kargo militer untuk berangkat ke Kazakhstan di Bandara Ivanovo, Rusia, pada (6/1/2021). [HANDOUT / RUSSIAN DEFENCE MINISTRY / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/01/09/77344-rusia-kirim-pasukan-ke-kazakhstan.jpg)
Kekerasan itu mendorong Presiden Kassym-Jomart Tokayev menyebut demonstran "teroris dan bandit", padahal apa yang dilakukan gerombolan anak muda ini persis seperti dilakukan kaum muda lainnya di dunia ini termasuk kaum muda Amerika Serikat yang ramai menuntut kesetaraan ras tahun lalu.
Tapi di mana-mana kaum muda selalu menjadi kelompok yang paling berani berkonfrontasi sekalipun menghadapi peluru tajam.
Baca Juga: Kerusuhan Kazakhstan: 5.800 Orang Ditahan, 164 Orang Tewas Dalam Seminggu
Di luar kelompok-kelompok itu ada kelompok yang terdiri dari para kriminal dan kaum radikal yang memanfaatkan situasi ini untuk merusak citra aman Kazakhstan.