"Lolos lagi," ucap Sopi, yang maskernya agak melorot karena karetnya sudah longgar.
Agus tetap dalam raut wajah yang biasa. Tangannya masih memeluk dengkul dan dalam posisi jongkok. Barangkali, pikir dia, masih ada pengunjung lain yang sudi berbagi di Tahun Macan Air ini.
Sopi menyeringai, tangan kanannya masih menggengam plastik kresek hitam berisi gelas plastik kemasan, botol-botol air mineral bekas, hingga kotak makan berbahan dasar karton.
Dia mengaku menyesal tiba di lokasi pada pukul 09.00 WIB -- waktu yang terlalu siang untuk meraup peruntungan di musim-musim seperti ini.
Saya mendekat, menyapa Agus dan Sopi sembari menyodorkan bungkusan berisi batang-batang rokok kretek. Agus menolak, sedari muda, dia memang tidak memilih untuk menikmati asap tembakau dengan alasan kesehatan.
Sedangkan, tangan Sopi menyambut tawaran saya. Pria 70 tahun itu ambil satu batang dan korek gas. Pemantik api dinyalakan, dan Sopi menikmati hisapan pertama dalam-dalam. Setelah mengeluarkan asap, dia bercerita.

"Saya baru dapat ceban. Pas baru dateng dikasih pengunjung goceng. Agak siangan dapat goceng lagi."
"Memang dari jam berapa di sini?"
"Saya kesiangan, tadi jalan dari Kemayoran jam setengah sembilan. Sampai sini jam sembilan. Baru duduk sebentar, Satpol PP minta kami menjauh."
Baca Juga: Pantai Parangtritis Jadi Tujuan Utama Sambut Libur Imlek, Dikunjungi 28.870 Wisatawan
"Kok gitu, kenapa memang Pak?"