Kami Tidak Sepanik Sebelumnya: Apakah Indonesia Sudah Belajar dari Delta?

SiswantoABC Suara.Com
Minggu, 27 Februari 2022 | 12:09 WIB
Kami Tidak Sepanik Sebelumnya: Apakah Indonesia Sudah Belajar dari Delta?
Ilustrasi covid-19 omicron (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Di awal-awal pandemi di tahun 2020, Indonesia sangat lambat untuk mengakui bahaya penularan virus ini."

Paulus Jonaswar menjalani tes PCR di sebuah rumah sakit di Jakarta dan keesokan harinya mendapat WA dari app Perduli Lindungan milik Kementerian Kesehatan sebelum kemudian mendapatkan pengiriman obat-obatan ke rumahnya lewat program telemedicine.

"Saya positif tanggal 2 Februari dan kembali negatif tanggal 10 Februari, saya bersyukur dengan cepat mendapatkan bantuan obat-obatan yang mempercepat proses penyembuhan,"katanya.

Paulus juga mengatakan tes PCR dan antigen sekarang semakin banyak tersedia dengan harga terjangkau.

Di awal pandemi dia harus membayar tes PCR sekitar Rp1 juta, namun sekarang sudah turun menjadi sekitar Rp275 ribu.

Cepatnya penyebaran varian Omicron ini dialami olehPriska Natallye ketika dia dan tujuh rekannya sekantor semua positif terkena COVID.

Priska bekerja di kantor sebuah pabrik keramik dan pada awalnya tidak menduga bahwa dia terkena virus karena gejala yang dialaminya ringan.

"Saya ke dokter dan dia mengatakan saya sakit tenggorokan," katanya sambil menambahkan bahwa dia mendapatkan vaksin dosis kedua AstraZeneca bulan September tahun lalu..

"Tetapi setelah mendengar bahwa semua teman sekantor saya positif, saya kemudian tes antigen dan PCR, dan hasilnya positif."

Baca Juga: COVID-19 Melanda PN Jember, 16 Orang Terpapar Virus Corona

Sebagai pekerja, Priska digaji sekitar Rp4 juta sebulan namun harus menghabiskan biaya Rp1,4 juta untuk menjalani sejumlah tes antigen dan PCR sebelum bisa kembali bekerja walau dia mendapatkan juga bantuan obat-obatan dari pemerintah.

Kasus Omicron Indonesia mirip dengan India

Jumlah kematian harian tertinggi karena COVID yang terjadi di puncak penularan Delta tahun lalu adalah 2.069 orang namun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan jumlah kematian karena Omicron tidak akan melebihi 500 orang per hari, seperti dilaporkan oleh kantor berita AP.

Professor Hari Kusnanto, epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengatakan pola penularan Omicron di Indonesia mirip dengan apa yang terjadi di India.

"Di negara lain misalnya di Amerika Serikat, kasus Omicron lima atau enam kali lebih tinggi dari kasus Delta," kata Professor Kusnanto.

"Indonesia mirip dengan India, di mana jumlah kasusnya hampir sama dengan kasus Delta.

"Dan juga tingkat kematian 10 kali lebih rendah dari selama masa penularan Delta."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI