Tidak akan mundur
Menurut mantan Menteri Luar Negeri Australia ini, Presiden Putin tidak akan mundur dari invasinya ke Ukraina dan dia tidak melihat akhir yang jelas dari perang kecuali jika Ukraina setuju untuk tidak bergabung ke NATO.
"Dia [Putin] melihat Ukraina sebagai negara penyangga, harus tunduk pada kepentingan keamanan Rusia," katanya.
"Saya kira di situlah satu-satunya peluang yang bisa dimainkan Ukraina untuk menghentikan pertempuran. Yakni bila mereka berjanji untuk tidak pernah bergabung dengan NATO," jelas Julie.
"Memang mereka seharusnya tidak melakukan hal itu. Tapi mungkin itu cara untuk mengakhiri pertempuran ini," tambahnya.
"Ini tragedi bagi rakyat Ukraina, terutama mereka yang terjebak dalam pertempuran. Ini juga penghinaan mutlak terhadap kemanusiaan dan melanggar standar perilaku dalam tatanan internasional," paparnya.
Menurut Julie Bishop, sanksi dari berbagai negara tidak mungkin mengubah perilaku Rusia dalam jangka pendek.
"China menjadi mitra dagang dua arah terbesar Rusia. China masih menjadi penyelamat. Jika China memberi sanksi pada minyak dan gas Rusia, saya kira hal ini akan berakhir," katanya.
"Putin itu seorang pengambil risiko. Dia tipe penjudi, tidak diragukan lagi. Invasi ke Ukraina ini adalah risiko yang diperhitungkan," katanya.
Peran Australia dalam konflik Ukraina dan Rusia
Julie Bishop mengatakan Pemerintah Australia perlu mendukung negara-negara tetangga Ukraina yang menerima pengungsi seperti Polandia.
Baca Juga: Ini Daftar Negara Musuh Rusia, Apakah Indonesia Termasuk yang Disebutkan Presiden Vladimir Putin?
Negara seperti itu, katanya, perlu beri bantuan karena tujuan utamanya adalah menstabilkan Ukraina sehingga mereka dapat kembali ke rumah mereka.
"Jika pengungsi dapat ditampung di negara-negara di Eropa, maka ada peluang bagi mereka untuk pulang segera setelah situasinya stabil, daripada mendatangkan mereka jauh-jauh ke Australia," katanya.
Namun Julie Bishop menambahkan jika konflik berlanjut lebih lama, Australia harus memainkan perannya dalam menerima para pengungsi Ukraina.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News