Suara.com - Sekitar 90% populasi Ukraina bisa menghadapi kemiskinan jika terjadi perang berkepanjangan. 18 tahun keberhasilan sosial ekonomi yang telah dicapai bisa sirna, kata badan PBB UNDP."
Setiap hari perdamaian yang tertunda akan mempercepat keterpurukan Ukraina ke dalam kemiskinan," kata Badan Perkembangan PBB UNDP dalam rilisnya hari Rabu (16/3).
Selanjutnya disebutkan dalam laporan itu, perang bisa meninggalkan "bekas luka sosial dan ekonomi yang dalam untuk generasi yang akan datang."
Ketua UNDP Achim Steiner mengatakan, dampak akut dari perang yang berkepanjangan sekarang menjadi lebih jelas.
Kemerosotan ekonomi yang memprihatinkan, dan penderitaan serta kesulitan yang akan terjadi membawa populasi yang sudah menderita trauma ke dalam kemiskinan. Masih ada waktu untuk menghentikan lintasan suram ini," katanya.
Kepada kantor berita Reuters, Achim Steiner menegaskan: "Jika konflik itu berkepanjangan, jika terus berlanjut, kita akan melihat kemiskinan meningkat sangat signifikan. Jelas ujung ekstrem dari skenario ini adalah ledakan ekonomi secara keseluruhan. Dan itu pada akhirnya dapat menyebabkan hingga 90% orang berada di bawah garis kemiskinan atau berisiko tinggi," katanya dalam wawancara video dari New York.
Invasi telah menghancurkan infratruktur senilai 100 miliar dolar
Garis kemiskinan umumnya didefinisikan sebagai daya beli USD 5,50 hingga USD 13 per orang per hari.
Sebelum Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, diperkirakan ada 2% warga Ukraina hidup di bawah garis USD 5,50, tambah Achim Steiner.
Baca Juga: Cina dan Perang di Ukraina: Terpaksa Jadi Penengah?
Penasihat utama bidang ekonomi pemerintah Ukraina, Oleg Ustenko, Kamis lalu (10/3) mengatakan bahwa invasi pasukan Rusia sejauh ini telah menghancurkan infrastruktur setidaknya senilai 100 miliar dollar, dan 50% bisnis Ukraina telah ditutup sepenuhnya.