Suara.com - Taiwan mulai mengorganisir latihan militer dan menguji strategi "asimetris" di tengah konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, berkaca pada ketegangan yang terjadi dengan Cina.
Taiwan dijadwalkan mengadakan sejumlah latihan militer dalam beberapa minggu mendatang, di tengah kekhawatiran meningkatnya ketegangan dengan Cina yang terpengaruh atas invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam pidatonya pada Sabtu (12/03) lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, "Situasi baru-baru ini di Ukraina sekali lagi membuktikan bahwa perlindungan negara, selain solidaritas dan bantuan internasional, bergantung pada persatuan rakyat."
Beijing telah lama mengklaim kedaulatan atas Taiwan dan berjanji suatu hari akan "menyatukan kembali" Taipei.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Taiwan dalam kondisi siaga tinggi. Taiwan mengambil sejumlah langkah untuk menguji dan meningkatkan kesiapan tempur pasukannya.
Pada Senin (14/03), sekitar 400 tentara cadangan diperkenalkan ke program pelatihan baru dan lebih intensif.
Upaya ini akan berlangsung lebih lama dan akan menggelar lebih banyak latihan untuk memastikan bahwa pasukan cadangan memiliki keterampilan tempur dasar.
Program ini akan dilaksanakan dalam tiga kuartal pertama tahun 2022 dan sekitar 15.000 tentara cadangan di 24 batalion akan dilibatkan.
"Tidak ada yang menginginkan perang"
Baca Juga: Lewati Selat Taiwan, Kapal Induk China Dibuntuti Kapal Perang Amerika
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan bahwa konflik dengan Cina akan menjadi bencana bagi semua pihak terlepas dari apapun hasilnya.