Facebook Gagal Mendeteksi Ujaran Kebencian terhadap Rohingya

Rabu, 23 Maret 2022 | 14:38 WIB
Facebook Gagal Mendeteksi Ujaran Kebencian terhadap Rohingya
DW

"Pekerjaan ini dipandu oleh umpan balik dari para ahli, organisasi masyarakat sipil, dan laporan independen, termasuk Misi Pencari Fakta PBB tentang temuan Myanmar dan Penilaian Dampak Hak Asasi Manusia independen yang kami tugaskan dan rilis pada tahun 2018.”

Ditanya tentang Myanmar, CEO Meta Mark Zuckerberg mengatakan, Facebook berencana untuk mempekerjakan "puluhan” pembicara Burma untuk memoderasi konten dan akan bekerja dengan kelompok masyarakat sipil untuk mengidentifikasi tokoh penyebar kebencian dan mengembangkan teknologi baru untuk memerangi ujaran kebencian.

"Sulit untuk melakukannya tanpa orang yang berbicara bahasa lokal dan kami perlu meningkatkan upaya kami di sana secara dramatis, ”kata Zuckerberg. Namun, dalam file internal yang dibocorkan oleh pelapor Frances Haugen tahun lalu, AP menemukan pelanggaran tetap ada. Perusahaan meningkatkan upaya untuk memerangi ujaran kebencian, tetapi tidak pernah sepenuhnya mengembangkan alat dan strategi yang diperlukan untuk melakukannya.

Gugatan gantirugi pengungsi Rohingya Pengungsi Rohingya telah menggugat Facebook lebih dari $150 miliar dan menuduh perusahaan raksasa itu gagal menghentikan ujaran kebencian yang menghasut kekerasan terhadap kelompok etnis muslim oleh penguasa militer dan pendukung mereka di Myanmar.

Kelompok pemuda Rohingya yang berbasis di kamp-kamp pengungsi Bangladesh juga telah mengajukan keluhan terpisah di Irlandia kepada 38 negara Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan, yang menyerukan Facebook untuk menyediakan beberapa program perbaikan di kamp-kamp tersebut.

"Para penyintas genosida Rohingya terus tinggal di kamp-kamp hingga hari ini dan Facebook terus mengecewakan mereka. Facebook perlu berbuat lebih banyak”, pungkas Tun Khin, Presiden Rohingya Burma Organization UK. ha/as (AP)

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI