KTT Virtual Uni Eropa-Cina Tidak Akan Membawa Perubahan Mendadak

Selasa, 05 April 2022 | 11:10 WIB
KTT Virtual Uni Eropa-Cina Tidak Akan Membawa Perubahan Mendadak
DW

Suara.com - Uni Eropa berusaha mengingatkan Beijing agar menggunakan pengaruhnya untuk membantu menghentikan perang di Ukraina yang dilancarkan oleh Rusia. Tapi banyak pengamat skeptis ini akan berhasil dalam jangka pendek.

Invasi Rusia ke Ukraina dan kebingungan tentang posisi Cina dalam konflik ini menjadi sorotan utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa-Cina yang dilangsungkan secara virtual hari Jumat (1/4).

Sementara Cina telah menyatakan keprihatinan tentang perang di Ukraina, ada perbedaan dalam menilai penyebab serangan Rusia ke Ukraina.

Cina mendukung narasi anti-NATO yang dilancarkan Kremlin, sementara Uni Eropa dan Barat punya penilaian yang bertolak belakang.

Sebelum KTT, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi kepada Phoenix TV mengatakan,"hubungan Cina dan Rusia terus berkembang dengan kuat."

Namun, Presiden Cina Xi Jinping sebelumnya juga mengisyaratkan bahwa negaranya ingin perdamaian dan menolak perang.

Tantangan baru hubungan Uni Eropa-Cina Hubungan antara Uni Eropa (UE) dan Cina telah memburuk sejak UE mengkritik praktik perdagangan Beijing dan menuduh Cina melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Uyghur.

Sementara Beijing terlibat sengketa diplomatic dengan Lithuania soal Taiwan dan tahun lalu menjatuhkan sanksi terhadap beberapa anggota parlemen Uni Eropa.

Politisi Jerman Reinhard Bütikofer (Partai Hijau), yang juga menjabat sebagai pemimpin delegasi Cina di Parlemen Eropa, tidak mengharapkan akan ada solusi konkrit setelah KTT ini.

Baca Juga: Menteri Pertahanan Jerman Minta Uni Eropa Segera Bahas Larangan Impor Gas Rusia

"Saya mengharapkan Eropa untuk berbicara secara lugas dan dengan jelas mengatasi semua masalahnya dengan Cina, termasuk soal penindasan kebebasan warga Hongkong, dan perilaku Cina terhadap Taiwan.

Tapi saya tidak mengharapkan pencabutan sanksi sebagai bagian dari hasil KTT," katanya kepada DW. Reinhard Bütikofer adalah salah satu dari lima anggota parlemen Uni Eropa yang masuk daftar hitam Cina tahun lalu, sebuah langkah balasan atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh Uni Eropa.

Menurut Joris Teer, analis di Pusat Studi Strategis Den Haag (HCSS), sikap Cina adalah tantangan baru bagi UE.

"Cina memiliki pasar ekspor yang sangat penting di UE yang ingin terus dimanfaatkan. KTT akan menunjukkan kepada kita bagaimana Cina melakukan tindakan penyeimbangan ini, termasuk bagaimana ia akan mencoba memisahkan UE dari AS," katanya.

Bisakah KTT membuat Cina mengubah haluan?

Para pemimpin UE dan NATO telah memperingatkan Beijing bahwa ia dapat menghadapi konsekuensi dari Barat jika terus berpihak pada Moskow.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI