Lalu Gus Nur mengungkap alasan kesembilan belas adalah kubu Jokowi yang menembaki ulama saat aksi tahun 2016.
“Terakhir, yang menyebut umat Islam yang hadir di reuni 212 sebagai jamaah monaslimin, itu juga kubu Jokowi,” tegas Gus Nur.
Menurutnya, Jokowi sudah terbukti tak mampu memimpin Indonesia dengan baik. Terbaru, dia mencontohkan kasus tingginya harga minyak goreng yang tak mampu diselesaikan oleh jajaran Jokowi.
Gus Nur pun menyindir Jokowi yang justru bagi-bagi BLT minyak goreng maupun sembako langsung ke warga, alih-alih menggunakan otoritasnya sebagai presiden.
“Seharusnya bisa atur harga minyak dengan tanda tangannya. Gunakan wibawa dan otoritas, power sebagai pemimpin," kritik pedas Gus Nur.
"Cukup duduk di istana, bukan malah bagi-bagi sembako, minyak goreng biar tampak merakyat. Kapasitas otak pemimpin cuma selevel tukang bagi minyak,” sambungnya.
Gus Nur menilai Jokowi mestinya dapat memanggil orang-orang yang berkompeten untuk mencari solusi kenaikan sejumlah barang pokok.
“Gebuk mafia minyak goreng, turunkan harga. Kalau enggak mampu ya rezimnya yang diturunkan,” tutur pendakwah yang pernah masuk bui karena kasus ujaran kebencian tersebut.