Indonesia saat ini memasok sekitar 50 persen dari kebutuhan minyak sawit India, sedangkan ekspor Indonesia ke Pakistan dan Bangladesh mencapai sekitar 80 persen dari kebutuhan di sana.
"Tidak seorang pun bisa menutupi hilangnya minyak sawit asal Indonesia. Setiap negara akan menderita," kata Rasheed JanMohd, Kepala Asosiasi Pengilang Minyak Nabati Pakistan (PEORA).
Menurut seorang pedagang di ibu kota Bangladesh Dhaka, karena larangan ekspor Indonesia baru mulai berlaku 28 April, maka negara-negara pembeli masih akan memiliki pasokan minyak sawit mentah sampai pertengahan bulan Mei.
"Para pengilang minyak tidak menduga hal ini akan terjadi. Sekarang mereka tidak bisa menunggu selama beberapa minggu. Mereka harus melakukan pembelian agar pabrik pengilangan mereka tetap bekerja," katanya.
Ditambahkannya, kekurangan minyak nabati akan mulai terasa di pasar di mulai pertengahan bulan Mei.
Menurutnya para pengilang minyak di Asia Selatan akan mengeluarkan produk mereka secara bertahap karena mereka tahu pasokan akan terbatas.
Di India, negara importir minyak nabati terbesar di dunia, harga minyak sawit sudah naik 5 persen dalam beberapa hari terakhir karena kalangan industri sudah memperhitungkan kemungkinan kurangnya pasok beberapa bulan ke depan.
Harga juga naik di Bangladesh dan Pakistan.
Reuters/AP
Baca Juga: Jelang Larangan Ekspor Minyak Kelapa Sawit, ASPERKIR Ketar-ketir Harga TBS Sawit Turun
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya.