Mahasiswa Papua Minta Pemerintah Selandia Baru Tak Mendeportasi Mereka

SiswantoABC Suara.Com
Jum'at, 06 Mei 2022 | 11:17 WIB
Mahasiswa Papua Minta Pemerintah Selandia Baru Tak Mendeportasi Mereka
Ilustrasi mahasiswa baru. (Pixabay.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Tidak masuk akal bagi mereka untuk mundur dan pulang, dan lebih masuk akal bagi mereka untuk benar-benar mencari jalan untuk menyelesaikan kualifikasi mereka dan melakukan semua hal baik yang ingin mereka lakukan untuk komunitas mereka," kata Teanau.

Teanau Tuiono telah melobi pemerintah Selandia Baru untuk membantu para mahasiswa ini.

"Saya juga melihat ini sebagai solidaritas antara masyarakat adat, seperti saya orang Maori di sini, di Ottawa, Selandia Baru.”

Salah satu masalah yang paling mendesak bagi mahasiswa Papua ini adalah visa mereka.

Visa pelajar Laurens berakhir pada bulan Oktober, tetapi dia belum dapat memperbaruinya tanpa surat sponsor dari Pemerintah Papua

Laurens mengatakan para siswa baru-baru ini diyakinkan oleh pejabat imigrasi Selandia Baru bahwa mereka tidak akan dideportasi.

Dia mengatakan departemen telah membentuk tim khusus untuk melihat situasi siswa.

“Kami diberitahu bahwa mereka akan memberi kami ruang sesuai dengan aplikasi kami.”

Teanau Tuiono menyambut langkah tersebut, namun dia mengatakan para siswa juga membutuhkan dukungan keuangan karena tunjangan hidup mereka dari pemerintah Papua akan dhentikan.

Baca Juga: Beasiswa Mahasiswa Papua Barat Dibatalkan Tanpa Peringatan: Saya Menangis

Ia mengatakan, tanpa tunjangan hidup, akan sulit untuk membayar sewa dan membeli makanan sehari-hari.

Teanau menambahkan, ia berharap ada universitas yang menawarkan bantuan.

“Seseorang perlu mengambil inisiatif dan mengambil tanggung jawab karena apa yang saya katakan adalah bagian yang tak terpisahkan."

Sebanyak 40 siswa Papua Barat di Selandia Baru, 100 lainnya di seluruh Australia, Amerika Serikat dan Kanada juga telah dibatalkan beasiswanya.

Teanau Tuiono menyesalkan kejadian ini.

“Jadi apakah itu kesalahan administrasi, atau salah urus di web, atau apa pun itu sebutannya, ini program yang diselenggarakan secara internasional, dan [yang terjadi] ini bukanlah kesalahan para siswa," pungkas Teanau.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI