Kartu Pos dari Garda Terdepan Perubahan Iklim

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 11 Mei 2022 | 12:14 WIB
Kartu Pos dari Garda Terdepan Perubahan Iklim
Ilustrasi mengirim kartu pos (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Untuk mendapatkan gambaran utuh laporan ini secara interaktif klik di sini.

Mantan Menlu Tony de Brum pada tahun 2014: "Kita harus segera bertindak. Mungkin akan lebih banyak lagi masalah bila membiarkan kerusakan saat ini untuk ditagani di kemudian hari."

Shaun Williams dari National Institute of Water and Atmospheric Research (NIWA) pada tahun 2022: "Berdasarkan pemodelan kenaikan permukaan laut antara 0,1 hingga 2 meter, kebanyakan populasi di negara ini akan berada dalam zona daratan yang tenggelam dalam beberapa dekade lagi."

Tanya Watsivi McGarry, anak berusia 9 tahun, pada  tahun 2021: “Ketika badai angin topan kami semua berlindung berdesakan di kamar mandi. Kami bisa mendengar suara kaca yang pecah, bikin saya takut. Saya tak mau hidup di dunia yang penuh bencana akibat perubahan iklim."

Ketua Kongres Louis Mapou pada tahun 2021: "Sejak dahulu kala, llingkungan hidup kita di Pasifik terkait dengan lautan, pulau-pulau, dan keanekaragaman hayati."

Shannon Sogavare, seorang remaja, pada  tahun 2021: "Salah satu hal yang menyedihkan saya karena tidak akan pernah bisa melihat seluruh pulau tempat ayah saya (perdana menteri) dibesarkan. Bagian tengahnya sekarang sudah tertutup oleh laut, membelahnya jadi dua pulau terpisah."

Presiden David Panuelo pada  tahun 2021: “Ketidakamanan akibat naiknya permukaan laut, badai angin yang lebih ganas, curah hujan yang sulit diprediksi menyebabkan migrasi penduduk besar-besaran, menyulitkan kita semua. Sekarang tingkat pendaftaran sekolah sangat rendah."

Fotografer Darren James pada tahun 2018: “Masyarakat Tuluun telah tinggal di pulau ini selama lebih dari 200 tahun. Perubahan iklim dan masalah lain telah memaksa penduduk mempertimbangkan relokasi dan banyak yang telah melakukannya."

Presiden Surangel Whipps Jr pada tahun 2022: “Kita tidak boleh lumpuh akibat beratnya masalah ini. Hal ini tidak dapat dihindari. Tapi itulah kenyataan yang kita hadapi sebagai negara kepulauan.”

Baca Juga: Sinopsis Film Kartu Pos Wini, Kisah Staf Kantor Pos dan Penderita Kanker

Untuk mendapatkan gambaran utuh laporan ini secara interaktif klik di sini.

Berbeda dengan benua-benua raksasa tetangganya, negara-negara Kepulauan Pasifik terisolasi dan dikelilingi lautan luas, tanpa keamanan geografis, lingkungan, atau finansial yang disediakan oleh daratan yang luas dan kaya.

Banyak pihak khawatir hanya satu letusan gunung berapi, satu badai angin topan, atau kenaikan kecil permukaan laut akan menjadikan kawasan ini tidak dapat dihuni lagi.

Akibatnya bukan cuma kehilangan kedaulatan negara dan terjadi krisis pengungsi, namun juga kehilangan kawasan penting dan paling beragam di dunia - dengan ratusan bahasa dan budaya serta flora dan fauna asli.

Bagi negara-negara Kepulauan Pasifik, perubahan iklim bukan lagi suatu isu masa depan yang masih bisa diperdebatkan, melainkan kenyataan saat ini yang ujungnya hanya satu pertanyaan mendasar: 

"Dapatkah kita bersandar pada pandangan bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman eksistensial yang mendesak, dan ternyata kita salah?"

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI