Kepala Desa Kalimanggis Didik Agung Susilo dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada para panitia yang bukan hanya dari intern umat Buddha tetapi juga ada dari non-Buddha bahkan dari berbagai sekte semuanya bersatu, kompak mengadakan kegiatan ini.
"Inilah harapan kami, agama itu ageman atau pakaian, jadi kita hanya bagaimana menyikapi agama yang kita percayai dianut masing-masing sehingga seperti dalam perayaan Waisak ini tidak memandang perbedaan itu, khususnya pemuda bergerak bersatu melaksanakan kegiatan ini," katanya.
Ia berharap kegiatan ini menjadi contoh bagi kegiatan-kegiatan yang lain. Kegiatan kalau dilaksanakan dengan bersatu dan kompak, maka dusun, desa, dan kecamatan ini, bahkan Indonesia akan semakin membawa kedamaian.
Kades Kalimanggis mengingatkan pandemi COVID-19 belum berakhir, mudah-mudahan dengan situasi yang terus membaik ini dengan doa para hadirin dalam perayaan Waisak ini, Indonesia diberkati keselamatan bagi semua makhluk di dalamnya.
Ketua Panitia Perayaan Tri Suci Waisak di Wisma Bhikkhu Jayawijaya, Wargino menuturkan kegiatan ini dilakukan umat Buddha, tetapi juga didukung dari umat agama lain di daerah ini, yakni Kristen dan Islam.
Dalam kegiatan perayaan Waisak ini juga ditampilkan gamelan atau karawitan untuk mengiringi lagu-lagu rohani dan sejumlah petugas mengenakan pakaian adat Jawa.
"Anak-anak saat persembahan puja bakti mengenakan pakaian adat Jawa, hal ini untuk melestarikan adat Jawa jangan sampai hilang, termasuk gending-gending Jawa inilah modulasi, lagunya bahasa Indonesia tetapi terjemahan dari bahasa Sansekerta," katanya.
Keberagaman umat dan pelestarian adat Jawa dalam perayaan Waisak di Desa Kalimanggis ini mendapat perhatian khusus dari Bante Wongsin Labhiko Mahathera beserta rombongannya dari Jakarta untuk menghadiri perayaan Waisak tersebut.
"Saya atas nama pimpinan bikkhu sangha yang hadir dalam acara peringatan Hari Tri Suci Waisak di Wisma Bhikkhu Jayawijaya di Kalimanggis ini merasa bangga atas apa yang diselenggarakan oleh panitia, khususnya ada tradisi Jawa yang sulit dicari di tempat lain," katanya.
Menurut dia perayaan Tri Suci Waisak di Kalimanggis ini sangat bagus dengan mengangkat budaya Jawa sehingga dapat membangkitkan kebudayaan daerah Jawa dan nantinya bisa dilestarikan oleh generasi mendatang.
"Saya merasa kagum atas apa yang dilakukan oleh panitia dengan menampilkan kebudayaan daerah, apalagi kerapihan umat yang sungguh ingin merayakan Waisak yang sudah dua tahun tidak diselenggarakan karena pandemi COVID-19," katanya.
Oleh karena itu pihaknya bersama sejumlah biksu berusaha datang walaupun jauh dari Jakarta setelah sebelumnya menghadiri perayaan Tri Suci waisak di Candi Borobudur.
"Hari ini kami di Temanggung, luar biasa, saya melihat kerukunan umat beragama di Temanggung, khususnya umat yang mayoritas mendukung kegiatan ini sehingga kami merasa aman dan nyaman sekaligus bangga atas persatuan dan kesatuan bangsa ini," katanya.
Ia menilai panitia yang juga melibatkan umat non-Buddha itu luar biasa. Kalau ingin maju harus bersatu, karena persatuan dan kesatuan akan membawa ketenteraman, kebahagiaan sejati bagi semua umat.
Bante Wongsin berpesan kepada umat Buddha di Temanggung agar mentaati apa yang diajarkan oleh Buddha. Mereka harus berusaha untuk mengikuti acara rutin yang dilakukan wihara, yaitu kebaktian doa setiap malam.