Kemasygulan Pencari Suaka di Peraduan: Namaku Manusia, Tapi Tak Ada yang Peduli dengan Kami

Selasa, 31 Mei 2022 | 18:36 WIB
Kemasygulan Pencari Suaka di Peraduan: Namaku Manusia, Tapi Tak Ada yang Peduli dengan Kami
Puluhan pengungsi asal Afghanistan kembali menggelar aksi unjuk rasa di gerbang belakang Kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (31/5/2022) hari ini. (Suara.com/Arga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kalau begitu, apakah Bapak bisa membantu kami agar pihak UNHCR dapat turun menemui kami?" tanya Kemran.

"Tidak bisa, mereka punya prosedur sendiri. Saya hanya bisa menjembatani, bagiamana perwakilan lima orang naik ke atas?" ucap pengelola gedung memberikan penawaran.

Tawaran tersebut, bagi para pengungsi bukan menjadi solusi. Sebab, dalam aksi sebelumnya, perwakilan yang berdialog dengan pihak UNHCR hanya menemui jalan buntu terkait permintaan suaka ke negara ketiga.

"Pak, sudah 17 pengungsi bunuh diri karena masalah ini. Kami di sini tidak punya kepastian nasib," ucap pengungsi lain.

Anak-anak pengungsi Afganistan ikut unjuk rasa di kantor UNHCR, Jakarta. (Suara.com/Yaumal)
Anak-anak pengungsi Afganistan ikut unjuk rasa di kantor UNHCR, Jakarta. (Suara.com/Yaumal)

Perbincangan antara para pengungsi dan pihak pengelola gedung tidak menemukan titik temu. Tidak ada perwaklian UNHCR yang turun dan tidak ada pula perwakilan pengungsi yang masuk untuk bertemu.

Hujan makin deras. Saya berteduh di balik gerbang gedung. Kemran berada di balik gerbang, mencoba mencari tempat berteduh seadanya di atap-atap gedung. Tubuhnya sudah basah. Sesekali, dia mengusap air yang membasahi wajahnya.

Saya pun mendekat dan bertanya kepada Kemran.

"Apakah masih tetap di sini meski hujan tambah deras?"

"Kami akan bertahan sampai UNHCR menjawab tuntutan kami," jawab Kemran.

Baca Juga: Sebut Pemerintah Indonesia Tidak Peduli, Pengungsi Afghanistan: Kami Tunggu Sampai UNHCR Menjawab

"Kalau boleh tahu, nama anda siapa?" tanya saya.

"Namaku manusia, tapi tidak ada yang peduli dengan kami," ucap Kemran.

Kemran datang ke Indonesia ketika masih remaja. Usinya baru 15 tahun ketika tahun 2017. Saat itu, kampung halamannya bergejolak. Ribuan warga berlarian mencari perlindungan. Kemran memilih Indonesia.

Namun, Kemran tidak banyak bicara mengenai latar belakangnya. Pasalnya, aksi unjuk rasa masih berlangsung. Bukan waktu yang tepat untuk bertukar kisah tentang pelariannya saat ini.

Kemran kemudian menjelaskan terkait aksi unjuk rasa yang dilakukan terus menerus. Ketika saya menyodorkan perekam suara, Kemran berpendapat kalau UNHCR Indonesia tidak mempu mejalankan tugas-tugasnya.

Dalam usaha memberikan perlindungan kepada pengungsi, Kemran menyebut bahwa UNHCR bertugas memulangkan sukarela ke negara asal. Namun, Afghanistan sedang tidak aman. Pasalnya, Taliban baru saja berkuasa sehingga banyak warga enggan untuk kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI