Ia mengatakan bahwa pekerjaan di rumah perawatan lansia yang sudah ditekuninya selama hampir tiga tahun terakhir ini ia dapatkan secara tidak sengaja.
"Kami pernah membantu satu pasangan warga asal Indonesia di sini yang tidak memiliki anak. Mereka hanya berdua, dan karena sudah sepuh, kami sering datang memberikan bantuan kepada mereka," katanya.
"Kami sempat membantu mengurus dana agar ada perawat yang datang membantu memandikan ... dari situ, saya kemudian melihat bahwa bidang ini bisa saya jalankan."
Sejak itu, Fransi mengikuti kursus dan mendapatkan sertifikat untuk bisa bekerja di sektor perawatan lansia tersebut.
Kini, Fransi yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Australia bekerja rata-rata delapan hari dalam dua minggu.
Stereotip pekerja laki-laki di panti jompo
Stereotip terhadap pekerja laki-laki di panti jompo memang masih ada, terutama tentang bagaimana pekerjaan merawat selalu diasosasikan dengan perempuan.
Padahal menurut Wirawan, gender tidak mempengaruhi kinerja seseorang di panti jompo.
"
"Menurut saya telaten atau enggak, itu tidak tergantung gender," katanya.
Baca Juga: Binda Bali Gelar Vaksinasi, Sasar Manula dan Disabilitas
"