Bahas Politik Identitas di Pilpres 2024, Pengamat: Jangan Melulu Tentang Isu Agama

Kamis, 16 Juni 2022 | 09:51 WIB
Bahas Politik Identitas di Pilpres 2024, Pengamat: Jangan Melulu Tentang Isu Agama
Ilustrasi politik (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ia juga menyebut dalam perjalanan demokrasi di Indonesia, seringkali ditemui oknum berkepentingan. Oknum itu biasanya memanfaatkan isu sentimen agama, yang menimbulkan reaksi balik dari kelompok masyarakat yang merasa terganggu dengan isu tersebut.

Kondisi itu mengakibatkan kerukunan, persatuan, kemajemukan, tenggang rasa bangsa tercederai oleh narasi keagamaan yang dipaksakan dalam politik.

“Indonesia menganut kebebasan demokrasi, tiap orang boleh berekspresi, itu wajib dijaga, akan tetapi kebebasan berekspresi itu tidak boleh melanggar kebebasan orang lain, nah termasuk dalam hal berpolitik itu tadi,” tutur Ridlwan.

Tidak hanya itu, kata dia, kondisi iklim demokrasi yang dirusak dengan pertarungan sentimen agama justru semakin melanggengkan jalan bagi kelompok radikal guna mewujudkan visi-misinya, seperti mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi atau sistem yang mereka percaya.

“Kalau negara ini chaos, maka mereka akan bilang ‘inilah bukti bahwa Pancasila gagal dan tidak relevan lagi bagi bangsa Indonesia, negara ini gagal, maka ganti lah Pancasila ke sistem khilafah, karena terbukti bangsa ini pecah, maka ayo ganti ke sistem agama’. Tentunya hal itu yang menjadi tujuan mereka,” ujar Ridlwan.

Ridlwan mengingatkan masyarakat, khususnya aktor politik nasional, untuk tidak mudah terpancing dengan narasi negatif yang dibuat oknum berkepentingan.

Salah satunya narasi khilafah yang dewasa ini ramai diperbincangkan, serta harus bijaksana membalas isu dan narasi yang dikeluarkan oleh kelompok radikal.

“Jadi tidak perlu lah kita menciptakan musuh sendiri. Kecuali ketika mereka melakukan manuver, baru lah direspons. Kalau tidak bermanuver kan semakin baik, apalagi kelompok radikal ini mau berdemokrasi dan berkompetisi itu kan semakin baik bagi Indonesia,” tutur Ridlwan.

Ridlwan juga berharap para aktor politik dan para pendukungnya mampu mengubah cara kompetisinya dengan mengesampingkan politik identitas negatif dan mulai mengedepankan kualitas program, prestasi dan visi-misinya untuk kemajuan Indonesia.

Baca Juga: Ganjar Pranowo dan Erick Thohir Dipercaya Jadi Pasangan Ideal Maju Pilpres 2024

“Kalau mau makin baik, maka bicara tentang program, tentang prestasi, jangan melulu tentang isu agama. Kalau tetap seperti itu maka 2024 akan terjadi politik identitas lagi. Ayo kita kembali bermain fair saja, tinggalkan narasi politik identitas negatif kepada program dan prestasi,” kata Ridlwan. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI