"Kamu siapa?" kata Bu Sri.
"Ibu, ini saya bu. Murid ibu dulu di SMP 3."
Sri kemudian mengaku memeluk sang pemuda itu dan menangis. Si pemuda lantas bertanya kepadanya mengapa ada di pinggiran jalan malam-malam. Ibu itu lalu menjelaskan soal motornya yang mogok.
"Akhirnya dia bilang, 'Ya sudah, ibu naik motor dengan teman saya. Motor ibu saya yang bawa, nanti didorong." Begitu, padahal jarak dari jalan itu ke hotel tempat saya menginap 10 kilometer," kata Ibu Guru Sri.
Keesokan harinya, si pemuda datang lagi ke hotel tempat Bu Sri menginap untuk mengantarkan sepeda motor. Kondisinya tak hanya benar, tapi juga sudah dicuci bersih.
Selang dua hari, Sri kembali ke hotel itu untuk check-out. Saat ingin membayar tagihan hotel, ia justru mendapat informasi mengagetkan.
Pihak hotel mengatakan bahwa semua tagihannya sudah dilunasi pemuda yang mengaku mantan murid Sri.
Sampai di situ ceritanya berakhir. Ibu Sri kemudian menjelaskan kepada murid-muridnya, hikmah dari pengalamannya tersebut.
"Ternyata benar, mencetak karakter, kedisiplinan siswa yang bagus akan membuat dirinya menjadi baik. Tapi kalau hanya mencetak siswa memakai selembar kertas nilai, belum tentu," ujar Ibu Guru Sri.
Sontak unggahan itu menarik pujian dari warganet. Mereka menilai Ibu Sri sebagai guru yang bijak, dimana tak hanya menilai siswa-siswinya dari nilai-nilai ujian.
Namun, tidak sedikit juga yang mewajarkan sikap mantan muridnya yang telah menjadi dokter. Para warganet itu mengungkapkan bahwa manusia bisa saja lupa, apalagi jangka waktunya sudah lama berlalu.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti