Hal tersebut dikarenakan berbagai risiko dan tantangan global juga terus meningkat dan memicu pelambatan pemulihan ekonomi global.
Tantangan tersebut terkait dengan The Perfect Storm atau 5C yakni COVID-19, Conflict, Climate Change, Commodity Price, serta Cost of Living.
Pertumbuhan ekonomi global dikatakannya telah diprediksi turun. Bank Dunia pun memproyeksikan pertumbuhannya hanya mencapai 2,9 persen.
Ekonomi negara-negara berkembang akan mencapai tingkat pertumbuhan 3,4 persen pada 2022, setengah dari tingkat pertumbuhan 2021.
Airlangga menambahkan 2nd Sherpa Meeting yang saat ini berlangsung diharapkan bisa memberikan solusi untuk kesejahteraan global.
Menurutnya, G20 memiliki tanggung jawab untuk memikirkan negara lain dan menempatkan solusi di atas meja. Jutaan orang menderita akibat dampak konflik di Ukraina.
Jutaan orang di seluruh dunia mendambakan untuk memenuhi kebutuhan dasar akan makanan, tempat tinggal, dan keamanan.
"Rasa kemanusiaan kita harus menjadi yang terdepan dan utama di Labuan Bajo. Tanggung jawab kita adalah memberikan solusi untuk mengangkat orang dari keluhan mereka, memberikan harapan untuk kehidupan yang lebih baik, untuk memastikan tidak ada orang, negara, atau wilayah yang tertinggal," tambah Airlangga.
Ia pun menuturkan tantangan global semakin meningkat.
Baca Juga: Rekor Pertandingan Timnas Indonesia U-19 vs Myanmar, Skuad Garuda Unggul
Konsekuensi konflik memperburuk tantangan struktural seperti inflasi, ketahanan pangan, dan volatilitas pasar, dan pasokan energi. Terganggunya hal ini berdampak pada kehidupan dan peluang masyarakat di seluruh dunia.