Mak Jenthit Lolo Lo Bah
Yen Mati Ora Obah
Yen Obah Medeni Bocah
Yen Urip Goleko Duwit
Allahumma sholli wa sallim..
‘ala Sayyidina Muhammadin..
Wa 'ala Ali Sayyidina Muhammad..
Allahumma sholli wa sallim ‘ala
Sayyidina Muhammadin
‘Adada ma bi’ilmillahi sholatan
Daimatan bidawami mulkillahi
Sholatan Daimatan bidawami mulkillahi
Tembang ini merupakan lagu jawa yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Memang, lirik lagu ini seperti lagu dolanan untuk anak-anak.
Meski begitu, Sluku Sluku Bathok sejatinya merupakan tembang dakwah. Maknanya pun sangat dalam. Tembang tersebut mengingatkan umat manusia untuk selalu beriman kepada Allah SWT untuk berserah diri.
Jamuan dan kehangatan yang tak ada habisnya
Sebatang siwak mengawali kehangatan bertubi-tubi yang dilimpahkan oleh Sayyid Ahmad kepada kami. Tak lama kemudian, seorang santri tampak memberikan senampan buah Aloo Bukhara kepada Sayyid Ahmad. Usai mengambil satu buah, Sayyid Ahmad meminta santri itu menawarkan ke kami.
Santri itu menyambangi kami. Sambil membawa nampan berisi buah Aloo Bukhara, dia mempersilakan kami mengambil satu per satu. Sembari mendengarkan kajian, kami lahap menyantap buah Aloo Bukhara. Teksturnya bak buah plum, bentuknya bak buah ceri, namun rasanya manis bagai anggur.
Tak lama kemudian, santri lain membawa nampan berisi beberapa gelas teh. Lagi, kami dipersilakan mengambil. Belum selesai teh dibagikan, santri lain membawakan sekardus kurma ajwa. Satu per satu kurma diberikan kepada kami. Entah kenapa siang itu, teh dicampur dengan kurma memiliki rasa yang sungguh nikmat.
Baca Juga: Tips Cegah Masalah Pernapasan pada Jemaah Haji, Jangan Kendor Pakai Masker
Secara berturut-turut saat kajian, para santri membawakan sejumlah makanan bergantian. Sama seperti kurma dan ceri, dua makanan, yakni bolu dan roti diberikan terlebih dahulu ke Sayyid Ahmad. Kemudian, santri membawanya ke hadapan kami. Kami dipersilakan mengambil.