Tambang underground mine Freeport sendiri berada sekitar 1.700 meter di bawah permukaan dataran tinggi Grasberg yang tingginya 4.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengungkapkan, jiak saat ini tambang terbuka Grasberg memasuki fase transisi ke tambang underground mine yang sudah telah dibangun sejak tahun 2015 lalu.

5. Grasberg Ditemukan Sejak Era Kolonialisme
Tambang Grasberg sudah ada sejak era kolonialisme. Berdasarkan catatans sejarah, pada 1930-an para penjelajah Belanda telah menemukan “ladang” tembaga di Jayawijaya, Papua.
Kemudian, di tahun 1973, barulah PT. Freeport mulai melakukan aktivitas tambang di sana. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari suksesnya serdadu Indonesia yang telah menguasai Papua pada 1996.
6. Grasberg Menyimpan Dampak Kerusakan Alam

Berdasarkan riset pada tahun 2003 melaporkan, jika sistem pembuangan limbah tambang Gasberg yang kacau mengancam kondisi lingkungan di sekitar kawasan tersebut. Setidaknya, Grasberg telah membuang 25 ribu ton limbah per hari ke dalam aliran sungai dan membuang dua kali lipat limbahnya ke lembah pegunungan.
Selain itu, imbah tambang terbesar itu juga mencemari lebih dari 83 ribu hektare di lepas pantai dan lebih dari 35 ribu hektare di wilayah daratan. Baru pada tahun 1994, Freeport mulai membuat manajemen limbah serta program daur ulang limbah tambang.
Akan tetapi, masalah tidak berhenti disini. Kehidupan suku Amungme dan Komoro yang menetal di sekitar area tambang masih terancam. Penduduk suku Amungme dan Komoro, terus-menerus dirugikan, dipinggirkan, serta diabaikan. Kondisi ini berjalan selama beberapa generasi. Sehingga aktivitas tambang telah menghilangkan kebudayaan dan memecah suku-suku itu.
Baca Juga: Luncurkan Teknologi 5G Mining di Freeport, Jokowi: Kita Buktikan Telah Bergerak Lebih Maju
Demikian tadi ulasan mengenai fakta tambang Grasberg, tambang emas terbesar di dunia yang berada di Puncak Jaya, Mimika, Papua. Semoga menambah pengetahuan.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari