Elizabeth II: Anak Perempuan yang Tak Menyangka Akan Menjadi Ratu

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 20 September 2022 | 11:40 WIB
Elizabeth II: Anak Perempuan yang Tak Menyangka Akan Menjadi Ratu
Prajurit kerajaan mengawal iring-iringan yang membawa peti mati Ratu elizabeth II saat tiba di Kastil Windsor, Inggris, Senin (19/9/2022). [Ryan Pierse / POOL / AFP]

Apa yang sebenarnya mengubah takdirnya? Sebuah cinta terlarang. 

Ketika Raja George V meninggal di tahun 1936, David mengambil takhta sebagai Raja Edward VIII, tapi kemudian mundur setahun kemudian hanya karena ingin menikahi Wallis Simpson, seorang janda dari Amerika Serikat.

Keputusannya untuk lebih memilih cinta dari pada mahkota membuat monarki Inggris terjebak dalam krisis. Albert, ayah Elizabeth terpaksa harus mengambil kekuasaan dan menjadi Raja George VI.

Elizabeth, usia 10 tahun, yang biasa dipanggil Lilibet oleh keluarganya tiba-tiba disiapkan untuk menjadi penerus kerjaan.

Masa depan untuk menyelamatkan kerajaan ada di tangan Albert dan Elizabeth.

15 tahun kemudian, Lilibet berganti panggilan, menjadi 'Her Majesty', yang juga melewati masa-masa jatuh cinta, bertahan dari perang, dan kehilangan orang-orang di sekelilingnya.

Menyemangati warganya saat perang

Elizabeth pernah menggambarkan penobatan dirinya ke singgasana kerajaan "sangat mendadak", tapi ia sudah terlatih sepanjang hidupnya.

Di bawah pengawasan guru privat, sang putri mempelajari segala hal, mulai dari geopolitik, sejarah konstitusional hingga agama, hukum, dan bahasa. Dia membaca surat-surat resmi dengan ayahnya dan bertemu secara informal dengan kepala negara.

Dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih bernama 'We Four' oleh ayah mereka, Elizabeth dan adik perempuannya, Margaret, juga meluangkan waktu untuk bermain.

Baca Juga: Terungkap Makna Perhiasan Mutiara dari Ratu Elizabeth yang Dipakai Kate Middleton Hingga Meghan Markle

A black and white photo of Queen Elizabeth II as a child. Image: Queen Elizabeth II as a child in 1934. Image courtesy of National Portrait Gallery, London

Elizabeth berusia 13 tahun di tahun 1939, ketika Perang Dunia II pecah dan paham Nazi menyelimuti Eropa.

Ibunya, mediang Elizabeth Bowes-Lyon, merasa yakin untuk menjaga keluarganya di Istana Buckingham saat Jerman menggempur London dengan serangan bom. Saat itu ibunya mengatakan, "anak-anak tak akan pergi tanpa saya. Saya tak akan pergi tanpa Raja, dan Raja tak akan pernah pergi".

Saat perang makin berkecamuk, kedua anak-anak itu dievakuasi ke Kastil Windsor dan di usia 14, Elizabeth tampil pertama kalinya di acara radio.

"Kita tahu dari pengalaman soal apa itu artinya jauh dari yang orang-orang yang kita paling cintai," kata Putri Elizabeth, yang memberikan semangat bagi anak-anak Inggris yang terpaksa terpisah dari keluarganya.

Di tahun 1945, di usia 18 tahun, Elizabeth ikut turun berperang. Ia dilatih untuk menjadi pengendara dan mekanis bersama 'Auxiliary Territorial Service'.

"Salah satu yang membuatnya senang adalah saat tangan dan kukunya kotor dan penuh dengan noda, menunjukkan dirinya sebagai buruh kepada teman-temannya," tulis Collier's Magazine beberapa tahun kemudian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI