Rocky Gerung mengatakan, publik juga harus menghormati keputusan PDIP tersebut. Menurutnya, penamaan Dewan Kolonel sudah diperhitungkan.
"Itu sudah dihitung istilah Dewan jenderal, Dewan Kolonel itu, atau nama-nama seperti Kolonel Gringo Honasan, Kolonel Untung tapi ada juga kolonel Soeharto," ujarnya.
Johan Budi sebelumnya menjelaskan, bahwa nama itu awalnya memang dirinya yang mengusulkan ketika mengumpulkan para anggota DPR RI fraksi PDIP yang mendukung Puan Maharani dalam pencapresan.
"Gimana nih kita yang mendukung Mbak Puan, gimana kalau kita bikin tim. Tim yang ikut membantu Mbak Puan untuk jadi capres. Ini enggak ada kaitannya sama DPP lho ya. Tapi kami di Fraksi ada sekelompok orang, ingin menjadi timnya mbak Puan untuk persiapan Pilpres itu," kata Johan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa kemarin.

"Nah, kemudian saya usul, kami bentuk aja tim. Saya sebut Dewan Kolonel itu. Gitu ceritanya," sambungnya.
Johan menyebut, Dewan Kolonel awalnya beranggotakan 6 orang saja termasuk dirinya. Kemudian seiring berjalannya waktu anggotanya bertambah.
"Ini yang fraksi yang kami merasa saya mendukung mbak Puan. Karena itu kita bikin tim yuk sambil menunggu keputusan ketua umum siapa yang akan dipilih," tuturnya.
Johan mengklaim kalau Puan sudah menyetujui adanya Dewan Kolonel tersebut. Menurutnya, Dewan Kolonel dipimpin oleh dua jenderal yakni Bambang Wuryanto dan Utut Adianto.
"Berkembang. Trus dilaporkan ke mbak Puan. Mbak Puan setuju. Nah kolonel pasti ada jenderal. Jenderalnya adalah Utut sama Pacul. Ini saya cerita sebenarnya," ujarnya.
Baca Juga: 12 Nama Masuk Dalam Dewan Kolonel Pendukung Puan Maharani di Pilpres 2024, Johan Budi Jadi Pencetus