2. Konflik Internal Angkatan Darat Ahmad Yani dan Abdul Haris Nasution
Sejarawan Cornell University, Benedict ROG Anderson dan Ruth McVey, mengemukakan bahwa peristiwa G30S adalah puncak konflik internal Angkatan Darat.
Dalam Army and Politics in Indonesia (1978), sejarawan Harold Crouch mengatakan, bahwa menjelang tahun 1965, Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) pecah menjadi dua faksi. Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, namun berbeda sikap dalam menghadapi Presiden Soekarno.
3. Presiden Soekarno
Presiden Soekarno dan Presiden John F Kennedy dalam lawatan tahun 1961. Setidaknya ada tiga buku yang menuding Presiden Soekarno terlibat dalam peristiwa G30S. Untuk menyanggah buku-buku tersebut, Yayasan Bung Karno lantas menerbitkan buku Bung Karno Difitnah pada 2006.
4. Letjen Soeharto
Letjen TNI Soeharto, pada waktu itu menjabat Menpangad, menerima delegasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), salah satu organisasi antikomunis. Adanya fakta bahwa Soeharto bertemu dengan Latief dan mengetahui rencana G30 namun tidak melaporkannya kepada Ahmad Yani atau AH Nasution, menjadi titik masuk bagi analisis “kudeta merangkak” yang dilakukan oleh Soeharto.
5. Central Intelligence Agency (CIA)
Sebagai konsekuensi dari Perang Dingin tahun 1960-an, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya seperti Australia, Inggris, dan Jepang berkepentingan agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis.
Baca Juga: Kisah Cucu Musso dan Kerabat Kiai Korban PKI Madiun 1948
AS lantas menyiapkan beberapa opsi terkait situasi politik di Indonesia. Keterlibatan AS melalui operasi CIA dalam peristiwa G30S telah terang benderang diungkap berbagai sumber.