Miras itu dianggapnya sebagai pemicu kekerasan yang berkaitan dengan kerusuhan Kanjuruhan, Sabtu lalu. Ia menyayangkan hal tersebut, terlebih jumlahnya yang mencapai puluhan botol.
"Ditemukan ada banyak minuman keras, botol badek dalam botol plastik. Itu sampai ada 42 botol belum sempat diminum di dalam stadion," katanya dalam konferensi pers virtual.
"Ini mengapa (minuman keras) bisa masuk, seharusnya kan ada penggeledahan. Yang bertanggung jawab itu pelaksana. Itu beberapa kelemahan-kelemahan yang kita temukan," lanjutnya.
Erwin Tobing dalam kesempatan yang sama juga mengaku tidak bisa memastikan jumlah penonton yang datang di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022), tepatnya saat terjadi tragedi.
Ia mengatakan tribun penonton yang belum menggunakan single seat (kursi tunggal) membuat jumlah mereka tidak terukur. Tak heran jika angkanya sendiri belum pasti.
"Tribun penonton di Kanjuruhan belum 'single seat' sehingga tidak terukur. Inilah yang membuat ada pihak yang mengatakan 40 ribu atau 45 ribu orang di sana," katanya.
Ketidakjelasan itu membuat pihak PSSI sulit untuk memastikan apakah kapasitas Stadion Kanjuruhan dalam laga Arema FC versus Persebaya sebetulnya melebihi batas atau tidak.
Mereka juga menyalahkan panitia pelaksana atas data penonton yang simpang siur. Namun, Erwin kerap menyarankan agar ke depannya stadion-stadion di Indonesia bisa memakai kursi tunggal serta pendataan tiket yang akurat.
Tak sampai di situ, Komdis PSSI juga memberikan sanksi kepada Klub Arema FC itu sendiri. Mereka dilarang menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola dan dikenakan denda sebesar Rp250 juta.
Baca Juga: Masih Misteri Siapa Sosok Komando Dibalik Penembakan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Malang
Erwin Tobing mengatakan bahwa terdapat kesalahan dan kelalaian dari Badan Pelaksana atau klub Arema FC saat laga tanding antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu lalu.