Cuitan-cuitan 'Offside' Polri Pasca Tragedi Kanjuruhan: Panen Hujatan

Sabtu, 08 Oktober 2022 | 14:06 WIB
Cuitan-cuitan 'Offside' Polri Pasca Tragedi Kanjuruhan: Panen Hujatan
Cuitan Twitter Polri yang membagikan komik sportivitas. (Twitter/@divhumas_polri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Tolong admin akun ini bertindak sesekali sebagai manusia, bukan robot. Sesekali, bantah perintah atasan yang tak sesuai hari nurani. Ingat atasan kalian ada yang seperti Bapak Sambo. Terima kasih, wassalamu'alaikum," tulis warganet.

3. Bikin Komik Sportivitas

Cuitan Twitter Polri yang membagikan komik sportivitas.
Cuitan Twitter Polri yang membagikan komik sportivitas.

Di hari yang sama, kemarin Jumat, akun Twitter Divisi Humas Polri juga membagikan komik sportivitas. Di dalamnya, tersirat pesan seolah tragedi Kanjuruhan merupakan akibat fanatisme yang berlebihan.

"DUKA SEPAK BOLA INDONESIA. Duka yang mendalam untuk semua korban dari tragedi ini. Cukuplah ini menjadi yang terakhir dan dari sini, kita semua bisa belajar dan memperbaiki diri. Demi sepak bola yang lebih baik," keterangan unggahan komik tersebut.

Adapun berikut selengkapnya mengenai rincian tulisan yang terdapat dalam komik itu. Jumlah gambar yang dibagikan sendiri sebanyak empat buah.

Gambar 1: Permainan sepak bola bagi banyak orang adalah wujud identitas dan juga kebanggaan kelompok.

Gambar 2: Tapi permainan tetaplah permainan. Menang-kalah adalah hal yang biasa dan fanatisme harusnya tetap terukur, terarah, dan dibarengi dengan logika.

Gambar 3: Dengan semangat sportifitas, sepakbola takkan jadi pemicu untuk perpecahan "lawan" hanya di lapangan. Di luar itu kita semua adalah kawan.

Gambar 4: Itu adalah harapan kita semua. Namun, kenyataannya tragedi Kanjuruhan terjadi dan banyak manusia terenggut begitu saja.

Sama seperti sebelumnya, cuitan ini juga memicu amarah warganet. Ada yang kesal karena polisi kerap menyalahkan suporter dan ada pula yang menyebut unggahan itu sebagai aksi 'cuci tangan'.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, FIFA Tidak Jatuhkan Sanksi ke Indonesia

"Banyak nyawa manusia "terenggut", merupakan bahasa 'cuci tangan' karena menghilangkan subjek. Di sini sudah bisa dilihat institusi ini masih tidak mau mengakui apa yang telah diperbuatnya," hujat warganet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI